Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Bagi-bagi Kavling Tanah Dianggap Mengalihkan Masalah yang Lebih Mendasar di IKN

Kompas.com - 14/03/2022, 14:54 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Isu pembagian kavling-kavling tanah di lokasi ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur dianggap justru menutupi masalah yang lebih serius. Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menyatakan, ada banyak masalah yang lebih mendasar terkait lahan di lokasi IKN yang seharusnya disorot publik dan pemerintah.

Masalah itu antara lain terkait penguasaan lahan serta kemungkinan bentrok antara rakyat yang memiliki lahan secara turun-temurun dengan kepentingan elite melalui megaproyek IKN.

"Kami menemukan bahwa di Kalimantan Timur, masalah yang pelik dan itu sangat fundamental adalah penguasaan tanah. Pemerintah tidak dapat melompat begitu saja, membangun atau memindahkan ibu kota negara tanpa melakukan reforma agraria terlebih dulu," kata Ketua Departemen Bidang Advokasi Kebijakan KPA, Roni Septian Maulana, dalam diskusi daring, Senin (14/3/2022).

Baca juga: Saat KPK Ungkap Dugaan Bagi-bagi Lahan Kavling di IKN Nusantara...

"KPA memandang pembagian kavling-kavling tanah, kami kira itu hanya tidak lebih dari gimmick politik semata agar pemerintah oleh pengusaha diminta serius. Tapi isu tersebut, penertiban jual-beli tanah, adalah isu penutup saja karena masalah fundamental yang lebih kronis di lokasi IKN jadi tertutupi," lanjut dia.

Di lokasi IKN, ada begitu banyak tumpang tindih klaim izin konsesi perusahaan, yang sebelum kedatangan megaproyek ibukota baru pun sudah menimbulkan banyak konflik agraria.

Secara umum, di Kalimantan Timur, penguasaan lahan pun semakin timpang antara rakyat kecil yang umumnya bertani dengan lahan yang dikuasai perusahaan tambang hingga perkebunan.

Tak sedikit lahan yang sudah dikuasai rakyat secara turun-temurun tetapi tak dapat dibuktikan status kepemilikannya secara hukum, akhirnya dirampas perusahaan yang kemudian sanggup mengurus izin dan sertifikat.

"KPA mencatat, dalam lima tahun terakhir, muncul 50 konflik agraria dengan luas 64 ribu hektar di Kalimantan Timur," kata Roni.

Yang semestinya dilakukan pemerintah adalah melakukan reforma agraria dan distribusi ulang lahan-lahan bermasalah tersebut.

Apabila tidak, maka potensi konflik lahan dan tindakan-tindakan represif negara, termasuk di dalamnya intimidasi terhadap warga lokal sampai penggusuran yang melibatkan kekerasan aparat, bukan tak mungkin bakal terjadi demi memuluskan megaproyek IKN.

"Cara-cara semacam ini (penggunaan isu bagi-bagi kavling tanah) sangat lumrah dan sering sekali dilakukan oleh pemerintah dalam proses-proses pembangunan proyek berskala besar. Kami melihatnya itu tidak relevan dengan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com