JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Eijkman baru-baru ini mendapat sorotan. Sebab, per September 2021, Eijkman resmi dilebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Lembaga itu juga kini berganti nama menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman dari yang sebelumnya Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Eijkman sendiri merupakan lembaga penelitian pemerintah yang bergerak di bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran. Lembaga ini sudah eksis sejak masa pemerintahan Hindia Belanda.
Sejarah Eijkman tak bisa lepas dari sosok Achmad Mochtar, dokter yang juga Direktur Lembaga Eijkman pada masa pendudukan Jepang, yang mengorbankan hidupnya demi keselamatan para peneliti Eijkman lainnya.
Ini kisah Achmad Mochtar dan pengorbanannya.
Baca juga: Efek Eijkman Dilebur ke BRIN, 71 Orang Peneliti Diberhentikan
Nama Achmad Mochtar mungkin tak banyak dicatatkan dalam sejarah. Namun, jasanya sebagai pelopor kebangkitan ilmu pengetahuan bagi Indonesia sangat besar.
Mochtar merupakan dokter dan ilmuwan yang lahir di Bonjol, 10 November 1890.
Pada tahun 1915, Mochtar mendapatkan gelar Indisch Arts (Dokter Hindia) dari STOVIA, sekolah pendidikan dokter zaman penjajahan Belanda.
Karena kepandaiannya, Mochtar berkesempatan melanjutkan pendidikan dokter di Universitas Amsterdam, Belanda.
Ia juga sempat melanjutkan pendidikan dokternya dengan fokus pada laboratorium sebagai persiapan disertasi doktoral.