JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengakui bahwa proses pendidikan di Indonesia belum mengatur soal logika, etika, dan estetika secara seimbang.
Padahal, kata dia, dalam dunia pendidikan, seni dan budaya sangat diperlukan untuk menyeimbangkan pendidikan budi pekerti dengan logika berpikir.
“Logika soal benar salah, etika soal baik buruk, estetika soal indah dan tidak indah, ketiganya harus bersatu. Dalam proses pendidikan kita, kurikulum belum betul-betul mengatur itu secara seimbang,” kata Muhadjir di acara Dies Natalis ke-53 Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, secara daring, Rabu (6/10/2021).
Menurut Muhadjir, dalam dunia pendidikan, pengajaran yang dilakukan seharusnya tidak hanya soal mengajarkan tentang logika dan etika, tetapi juga keindahan.
Baca juga: Menko PMK Sebut PON XX Ajang Hiburan Masyarakat
Muhadjir mengatakan, tanpa menarik estetika yang berupa seni dan budaya ke dalam sistem pendidikan, akan sulit untuk membangun sumber daya manusia (SDM).
Hal ini pun, ujar dia, menjadi tanggung jawab semua pihak untuk dapat melaksanakannya.
“Kita harus menyadari betapa pentingnya peran seni dalam membangun manusia Indonesia yang berkesimbangan, bukan hanya menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan, tetapi juga keindahan,” kata dia.
Terlebih lagi, ujar dia, upaya untuk memajukan kebudayaan masih akan dihadapkan pada permasalahan dan tantangan yang tidak mudah.
Oleh karena itu, pemajuan dan pelestarian kebudayaan Indonesia pun dilakukan melalui empat langkah strategis, yaitu pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.