Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Baru Corona Berpotensi Turunkan Efikasi Vaksin, Masyarakat Diminta Tak Khawatir

Kompas.com - 03/09/2021, 06:28 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, munculnya berbagai varian baru virus corona berpotensi menurunkan angka efikasi vaksin. Kendati demikian, ia meminta masyarakat tak khawatir.

"Meski (efikasi) menurun, masyarakat tidak perlu khawatir akan kemampuan vaksin khususnya terhadap kelima jenis vaksin yang telah digunakan di Indonesia," kata Wiku, dalam konferensi pers melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (2/9/2021).

Menurut Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), vaksin yang memiliki efikasi atau efektivitas di atas 50 persen merupakan standar untuk membentuk kekebalan tubuh.

Baca juga: Satgas Sebut 11 Provinsi di Luar Jawa Masih Mengalami Kenaikan Kasus Covid-19

Oleh karenanya, Wiku memastikan vaksin yang ada saat ini masih efektif menurunkan angka kesakitan akibat paparan virus.

Sejauh ini terdapat enam jenis vaksin yang digunakan, yakni vaksin CoronaVac produksi Sinovac, Astrazeneca, Moderna, Sinopharm, Pfizer, dan vaksin produksi Bio Farma dengan bahan baku dari Sinovac.

Wiku mengatakan, sikap yang tepat dalam menghadapi penurunan efektivitas vaksin yakni tidak berpuas diri terhadap angka capaian vaksinasi.

"Bahkan, baiknya (vaksinasi) melebihi 70 persen dari populasi agar menjamin kekebalan komunitas secara sempurna terbentuk," ujarnya.

Baca juga: UPDATE 2 September: Capaian Vaksinasi Covid-19 Dosis Kedua 17,70 Persen dari Target Sasaran

Wiku menuturkan, laju vaksinasi harus dipercepat agar berhasil menekan penularan virus. Ia mengatakan, kekebalan dapat terbentuk optimal jika dosis vaksin yang diberikan sudah lengkap.

Sebab setelah vaksinasi dosis pertama, kekebalan tubuh akan turun. Untuk itu, perlu dilakukan booster atau vaksin dosis kedua agar kekebalan lebih maksimal dan bertahan dalam waktu yang panjang.

Meski begitu, Wiku menegaskan, vaksinasi bukan solusi tunggal dalam melawan pandemi. Ia mengingatkan, sejumlah negara yang vaksinasinya telah menjangkau 60 persen penduduk seperti Israel dan Islandia masih mengalami kenaikan kasus.

"Upaya penanganan pandemi dengan vaksinasi harus dibarengi dengan proteksi yang paling ideal yaitu menjalankan disiplin protokol kesehatan secara sempurna," kata Wiku.

Baca juga: Setelah 3 Bulan, Efikasi Vaksin Pfizer dan AstraZeneca Lawan Varian Delta Menurun

Sebagaimana diketahui, terdapat hasil studi yang menunjukkan efikasi atau kemanjuran vaksin Covid-19 yaitu Pfizer dan AstraZeneca menurun dalam waktu 90 hari atau tiga bulan setelah suntikan dosis kedua diberikan.

Efikasi vaksin Pfizer turun menjadi 75 persen dari 85 persen. Sementara AstraZeneca turun menjadi 61 persen dari 68 persen.

Penurunan itu terlihat pada minggu kedua usai menerima vaksin dosis kedua. Penurunan ini nampak lebih jelas pada orang berusia 35 tahun ke atas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com