Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas: Disiplin Protokol Kesehatan Upaya Terbaik Cegah Varian Delta Plus

Kompas.com - 30/07/2021, 07:32 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, virus corona penyebab Covid-19 hanya dapat memperbanyak diri pada induk yang hidup, seperti manusia.

Menurut Wiku, kepatuhan terhadap protokol kesehatan menjadi strategi yang efektif untuk mencegah varian baru Covid-19, yakni penggunaan masker, jaga jarak, hindari kerumunan dan cuci tangan.

"Upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah menghindari masuknya virus ke dalam tubuh dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan," ujar Wiku dalam konferensi pers virtual melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (29/7/2021).

Baca juga: Satgas: Peluang Terbentuknya Varian Baru Covid-19 Setelah Vaksinasi Lebih Rendah

Hal itu Wiku sampaikan dalam menanggapi terdeteksinya varian baru virus corona di Indonesia, yakni varian delta plus.

Wiku menambahkan, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan untuk mencegah importasi kasus yang dapat memperburuk situasi pandemi secara nasional.

Berbagai kebijakan pemerintah antara lain, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), optimalisasi posko di tingkat kelurahan atau desa dan pengaturan pelaku perjalanan.

"Upaya lain yang perlu dilakukan meminimalisasi penularan yang terjadi, yakni dengan mempercepat vaksinasi nasional karena peluang terbentuknya varian baru pada orang yang sudah divaksin lebih rendah dibandingkan dengan orang yang belum divaksin," jelas Wiku.

Baca juga: Kemenkes: Ada 3 Kasus Covid-19 akibat Varian Delta Plus

Sebelumnya, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menyampaikan perkembangan terkini mengenai varian delta plus atau B.1.617.2.1.

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Subandrio mengatakan, sampai saat ini, varian Delta plus telah ditemukan di dua daerah, yakni Mamuju dan Jambi.

Secara umum, Amin menyebut, varian delta plus tidak jauh berbeda dengan varian delta yang pertama kali ditemukan di India.

Namun, pihaknya belum memiliki bukti yang cukup untuk menyimpulkan apakah varian elta plus lebih berbahaya atau mematikan daripada varian lainnya.

"Ya walaupun WHO menyatakan lebih berbahaya dan sebagainya, tapi di Indonesia, kami belum punya data yang menunjukkan bahwa varian delta plus menyebabkan misalnya morbiditasnya lebih tinggi atau mortalitasnya lebih tinggi, itu belum ada buktinya," ujar Amin.

"Belum terbukti apakah itu lebih berat atau lebih mematikan, lebih menular sih mungkin ya kalau melihat peningkatan jumlah kasus belakangan ini," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Nasional
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com