Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Kasus Harian Covid-19 Turun karena Testing Berkurang

Kompas.com - 19/07/2021, 22:27 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, saat ini Indonesia belum melewati puncak pandemi Covid-19.

Meski saat ini kasus harian Covid-19 lebih rendah dari beberapa hari sebelumnya, tetapi hal itu terjadi karena jumlah pemeriksaan spesimen menurun.

"Kita belum melewati puncak pandemi, penurunan kasus itu di tengah penurunan jumlah testing dan positvity rate yang meningkat. Jadi tidak mencerminkan adanya penurunan sebetulnya," ujar Dicky saat dikonfirmasi, Senin (19/7/2021).

Baca juga: UPDATE: Pemeriksaan Spesimen Covid-19 Menurun, Hari Ini Hanya 160.686

Menurut Dicky, situasi tersebut justru menunjukkan kemungkinan jumlah kasus positif di masyarakat yang belum banyak terdeteksi.

"Sekali lagi prediksi puncak kita masih di akhir Juli ini, bahkan sampai awal Agustus. Karena itulah kita harus meningkatkan respons strategi," lanjut Dicky.

Menurutnya, upaya pemeriksaan atau testing, pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) harus dimaksimalkan.

Selain itu, protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19 harus dijalankan dengan konsisten.

"Saat ini kasus-kasus yang ada itu 80 persen ada di rumah-rumah. Ini harus ditemukan dan dilakukan karantina untuk mencegah lebih lanjut," tambah Dicky.

Baca juga: UPDATE: Tambah 34.257 Orang, Total Kasus Covid-19 Indonesia 2.911.733

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, terdapat penambahan 34.257 kasus positif dalam 24 jam terakhir.

Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 2.911.733 orang, terhitung sejak pengumuman kasus pertama pada 2 Maret 2020.

Jumlah penambahan kasus harian Covid-19 ini tercatat lebih rendah dari beberapa hari sebelumnya.

Namun, berdasarkan data Satgas pada 16 Juli hingga 19 Juli, pemeriksaan spesimen terus menurun. Hal ini diikuti dengan penurunan kasus positif.

Hari ini, pemerintah melaporkan pemeriksaan terhadap 160.686 spesimen.

Baca juga: Epidemiolog Nilai Situasi Dapat Memburuk jika PPKM Darurat Tak Diperpanjang

Sedangkan sehari sebelumnya, Minggu (18/7/2021), jumlah spesimen yang diperiksa mencapai 192.918 spesimen.

BNPB memperbaiki data itu dengan menambahkan data pemeriksaan tes cepat molekuler, sehingga ada 193.437 spesimen yang diperiksa.

Kemudian, pada Sabtu (17/7/2021), jumlah spesimen tercatat ada 251.392 sampel.

Berikutnya, Jumat (16/7/2021), jumlah spesimen yang diperiksa tercatat 258.532 sampel. Sementara, pada Kamis (15/7/2021), terdapat 249.059 spesimen yang diperiksa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com