Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Sebut Kebutuhan Oksigen Medis Akan Dipenuhi Industri Dalam Negeri

Kompas.com - 16/07/2021, 10:36 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyebut pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan oksigen medis yang belakangan melonjak akibat peningkatan kasus Covid-19.

Kebutuhan tersebut salah satunya dipenuhi melalui konversi oksigen industri ke oksigen medis.

"Kita telah bekerja sama dengan industri-industri di dalam negeri untuk mengamankan pasokan dan distribusi oksigen medis yang dibutuhkan masyarakat, sehingga kebutuhan oksigen secara nasional bisa terpenuhi," kata Jokowi saat meninjau PT Aneka Gas Industri (Samator) di Jakarta Timur, Jumat (16/7/2021).

Baca juga: 80 Persen Oksigen Dikonversi untuk Medis, Penambahan Stok Capai 575.000 Ton

Jokowi mengatakan, lonjakan kebutuhan oksigen tidak hanya terjadi di rumah sakit, tetapi juga di tempat-tempat isolasi pasien Covid-19.

Oleh karenanya, konversi oksigen industri ke oksigen medis ini penting untuk mencegah kurangnya stok oksigen nasional.

Jokowi pun mengapresiasi PT Aneka Gas Industri yang telah berupaya meningkatkan kapasitas produksi oksigen guna memenuhi kebutuhan oksigen medis.

"Sehingga sangat membantu suplai oksigen nasional," kata Kepala Negara.

Baca juga: Atasi Kelangkaan, Pemerintah Bebaskan Pajak Impor Tabung Oksigen dan Obat-obatan untuk Covid-19

Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memastikan, pemerintah akan mengonversi 80 persen produksi oksigen untuk kebutuhan medis.

Konversi tersebut akan menghasilkan 575.000 ton oksigen medis.

Selain produksi dalam negeri, kata Nadia, kebutuhan oksigen di Tanah Air dipenuhi dari donasi sejumlah negara. Sumbangan itu berasal dari Singapura, Australia, hingga China.

Bantuan oksigen tersebut nantinya akan disalurkan ke daerah-daerah yang mencatatkan kasus Covid-19 tinggi.

Baca juga: Pemerintah Akan Andalkan Oksigen Konsentrator untuk Penuhi Kebutuhan Oksigen

Sementara, Menteri Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengatakan, pemerintah akan mengimpor 40.000 ton oksigen likuid dalam waktu dekat.

Selain itu, Luhut mengungkapkan, Presiden Jokowi telah menyetujui Indonesia mengimpor 50.000 unit oksigen konsentrator. Dengan demikian, RI dapat mengurangi penggunaan oksigen likuid.

Oksigen konsentratror akan dipinjamkan ke rumah-rumah pasien Covid-19 yang tengah melakukan isolasi mandiri.

"Sekarang kita sudah punya beberapa ribu, mungkin mendekati 10.000 tabung. Itu akan kita bagikan untuk digunakan di kasus-kasus (Covid-19) yang ringan," kata Luhut dalam konferensi pers virtual, Senin (12/7/2021).

Baca juga: Indonesia Terima Donasi 11.000 Oksigen Konsentrator dari Gabungan Perusahaan Indonesia-Singapura

Adapun kasus Covid-19 di Indonesia belakangan terus meningkat tajam. Menurut data pemerintah Kamis (15/7/2021), ada 56.757 kasus baru Covid-19 dalam sehari.

Angka itu merupakan jumlah tertinggi penambahan pasien dalam sehari selama pandemi. Dengan penambahan tersebut, jumlah pasien Covid-19 kini mencapai 2.726.803 orang terhitung dari Maret 2020.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com