Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efektivitas Vaksin Akan Berkurang bagi Orang yang Pernah Terpapar Virus Corona Varian Delta

Kompas.com - 14/07/2021, 16:25 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Rakhmat Nur Hakim

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Gatut Priyonugroho menyatakan efektivitas vaksin Covid-19 akan berkurang bagi seseorang yang pernah terinfeksi virus SARS-CoV2 varian delta.

Hal tersebut disampaikan Gatut dalam webinar bertajuk "Mengenal Lebih Dekat Covid-19 Varian Delta" yang digelar Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) dan RSUI.

"Ketika dia sudah kena varian delta (lalu sembuh), terus divaksin, maka keefektifannya (vaksin) tidak sebaik seseorang yang belum terkena jenis varian tersebut," kata Gatut dikutip dari siaran pers, Rabu (14/7/2021).

Baca juga: 615 Kasus Covid-19 akibat Varian Delta di Indonesia, DKI Jakarta Paling Banyak

Gatut mengatakan, apabila seseorang yang sudah terinfeksi Covid-19 lalu divaksinasi, maka antibodi orang tersebut akan meningkat.

Namun hal itu tidak berlaku bagi mereka yang pernah terpapar Covid-19 dengan jenis virus corona varian delta.

Jika virus SARS-CoV2 varian alpha dari Inggris bisa menularkan dari satu kepada enam orang, maka varian delta bisa menularkan dari satu kepada delapan orang.

"Angka tersebut tidak saklek, tetapi itu menggambarkan bahwa varian delta sangat mudah menular," kata dia.

Adapun virus corona varian delta dijelaskan Gatut memiliki gejala hampir sama dengan varian lainnya.

Baca juga: Varian Delta yang Picu Lonjakan Covid-19 di Seluruh Dunia, Ini yang Perlu Diketahui

Antara lain demam dengan persentase 94 persen, batuk 79 persen, sesak 55 persen, berdahak 23 persen, nyeri badan 15 persen, lelah 23 persen, dan sakit kepala 8 persen.

Kemudia rinorea sebanyak 7 persen, batuk darah sebanyak 5 persen, diare 5 persen, anosmia 3 persen, dan mual 4 persen.

"Jika seseorang terkena Covid ringan, pada umumnya ia baik-baik saja atau 0,1 persen memberat," kata dia.

Lebih lanjut, Gatut pun meluruskan kesalahpahaman masyarakat tentang penyintas Covid-19 yang akan lebih kebal terhadap virus penyebab penyakit tersebut.

Hal itu pula, kata dia, yang menyebabkan banyak ditemukannya kasus orang terpapar Covid-19 untuk kedua kalinya.

Baca juga: Studi: Vaksin Sputnik V Rusia Ampuh Lawan Corona Varian Delta

"Mereka yang pernah kena Covid-19 bukan berarti dia sudah menumbuhkan antibodi, tetapi itu juga tandanya dia terbukti rentan terkena Covid-19, karena virus itu cocok dengan tubuhnya sehingga mudah masuk," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com