Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei IPO: 51,3 Persen Masyarakat Nilai Bantuan Tunai Tidak Tepat Sasaran

Kompas.com - 10/04/2021, 11:39 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei dari lembaga survei Indonesia Political Opinion (IPO) menunjukkan, 29,9 persen masyarakat menilai bahwa bantuan langsung tunai (BLT) selama masa pandemi Covid-19 tepat sasaran.

Adapun hasil tersebut didapat setelah tim survei menanyakan tentang program BLT yang diberikan pemerintah terhadap masyarakat selama masa pandemi.

"Cukup menarik karena sepanjang program ini berjalan, ternyata hanya 29,9 persen masyarakat yang menyatakan bahwa bantuan tunai itu tepat sasaran. Sementara 51,3 persen menyatakan tidak tepat," kata Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah dalam diskusi virtual Polemik MNC Trijaya "Evaluasi Kabinet dan Peta Politik 2024" Sabtu (10/4/2021).

Baca juga: Survei IPO: 56 Persen Masyarakat Puas Terhadap Jokowi, Maruf Amin 36 Persen

Kendati demikian, lanjut Dedi, 59 persen responden menyatakan bantuan tunai yang diberikan pemerintah kepada masyarakat itu efektif.

Ia menjelaskan, maksud efektif yang dinilai masyarakat karena penerima bantuan tetap bisa membelanjakan sesuai dengan kebutuhan.

"Artinya bantuan tunai meski itu dianggap tidak tepat sasaran, tetapi itu juga dianggap efektif. Kenapa? Karena penerimanya bisa membelanjakan sesuai dengan kebutuhan," jelasnya.

Hasil survei juga menunjukkan penilaian masyarakat terhadap program pemberian sembako baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Menurut Dedi, berdasarkan hasil survei terkait program itu, masyarakat yang menyatakan tepat sasaran ada sebanyak 61,7 persen.

"Tetapi ini juga dianggap tidak tepat sebanyak 63 persen. Jadi rata-rata semua program dianggap masalahnya ada di ketidaktepatan penerima," ucapnya.

Baca juga: Survei SMRC: 77 Persen Responden Puas dengan Kinerja Presiden Jokowi

Kemudian, hasil survei juga menunjukkan bahwa program pemerintah yaitu Kartu Prakerja dinyatakan tidak tepat sasaran oleh masyarakat.

Pasalnya, hanya 23 persen responden yang menyatakan tepat sasaran dan 32 persen menyatakan efektif.

"Berarti program Prakerja itu sudah dianggap tidak tepat sekaligus dianggap juga tidak efektif yaitu sebesar 44 persen menyatakan tidak efektif," ungkap dia.

Baca juga: Survei SMRC: 39 Persen Responden Warga Indonesia Takut Bicara Politik

Lebih lanjut, Dedi juga membeberkan hasil survei mencatat bahwa sebanyak 68,1 persen responden menyatakan program jaring pengaman sosial rawan korupsi.

Kemudian, 51 persen menyatakan program jaring pengaman sosial tidak signifikan dan membantu masyarakat.

"Artinya, mereka menerima, tetapi itu tidak cukup membantu. Kemudian 54,7 persen beranggapan pemilihan penerima bantuan tidak transparan dan terbuka. Nah, ini juga persoalan," terangnya.

Oleh karena itu, Dedi meminta pemerintah mengevaluasi kinerja kementerian terkait yang bertugas menjalankan program berbagai bantuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com