Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres: Pandemi Covid-19 Momentum Tepat Berdayakan UMKM

Kompas.com - 16/11/2020, 13:01 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai, saat ini merupakan momentum yang tepat untuk memberdayakan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Pasalnya, saat ini UMKM turut terdampak akibat pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Hal tersebut disampaikan Ma'ruf dalam acara BMT Summit 2020 yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI), Senin (16/11/2020), secara virtual.

"Saya juga berpendapat bahwa saat ini adalah momen yang tepat untuk kita dapat menggelorakan kembali berbagai upaya untuk memberdayakan usaha mikro dan kecil," ujar Ma'ruf.

Baca juga: Menko PMK: Pelaku UMKM adalah Pahlawan Angkatan Kerja

Menurut Ma'ruf, ada dua hal yang membuat pandemi Covid-19 menjadi momentum merealisasikan potensi UMKM tersebut.

Pertama, kata dia, pemerintah sedang berupaya keras untuk membangkitkan perekonomian yang disebutnya mulai menunjukkan pemulihan.

"Pemerintah tahun ini mengalokasikan dana sebesar Rp 695,2 triliun untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 350 triliun atau lebih dari 50 persen dialokasikan untuk menjaga kesejahteraan masyarakat dan UMKM," kata dia.

Disamping itu, kata dia, ada pula insentif lain seperti keringanan pajak yang jumlahnya lebih dari Rp 100 triliun.

Adapun prioritas bantuan yang diberikan pemerintah kepada UMKM, kata dia, dalam rangka menangani kelesuan ekonomi sebagai dampak pandemi Covid-19.

Selain itu, adapula program Bantuan Produktif untuk pelaku UMKM yang pada tahap awal bantuan tunai langsung diberikan kepada 12 juta UMKM yang tidak sedang memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan.

"Memang barangkali belum mencakup seluruh usaha mikro yang ada dan dalam pelaksanaan masih terjadi kekurangan di sana sini. Namun kemauan politik pemerintah untuk memberikan prioritas kepada UMKM merupakan angin segar bagi pemberdayaan usaha mikro di seluruh Tanah Air," kata Ma'ruf.

Menurut Ma'ruf, bantuan yang diberikan tersebut sangat tepat karena UMKM merupakan tulang punggung penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Setidaknya, UMKM menyerap hampir 75 persen tenaga kerja dari seluruh angkatan kerja.

Dengan demikian, pengembangan UMKM pun dinilainya menjadi sangat penting sebagai upaya mengurangi kesenjangan.

Kedua, adalah fokus pemerintah terhadap ekonomi dan keuangan syariah pun dapat dimanfatkan dengan potensi penggunaan baitu al-maal wa al-tamil (BMT) untuk pembiayaan UMKM.

Baca juga: Pemprov DKI Gelar Bazar UMKM Virtual demi Gerakkan Roda Ekonomi di Masa Pandemi

BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang menjalankan fungsi baitul mal (fungsi sosial) dan baitut tamwil (fungsi komersial).

Sebab Indonesia memiliki target untuk menjadi produsen halal terbesar di dunia, kata dia, maka para pelaku UMKM perlu didorong agar menjadi bagian dari rantai nilai industri halal global (Global Halal Value Chain).

Oleh karena itu, kata dia, UMKM pun akan membutuhkan sumber pembiayaan yang sesuai. Peranan BMT sebagai sumber pendanaan bagi UMKM pun akan sangat diperlukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com