Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Memajukan Budaya Toleransi

Kompas.com - 15/11/2020, 09:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA 12 Desember 1996 Sidang Umum Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan agar 16 November menjadi Hari Toleransi sedunia. Keputusan itu terkait dengan Tahun PBB untuk Toleransi 1995.

Diketahui, pada 16 November 1995 negara-negara yang termasuk dalam Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menandatangani Deklarasi Prinsip Toleransi dan Program Aksi untuk memajukan toleransi pada tahun tertentu.

Dokumen final mengenai toleransi diadopsi oleh KTT PPB pada 2005. Dokumen itu merekomendasikan agar negara-negara dunia meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan menghormati kebebasan, mempromosikan rasa hormat, toleransi dan dialog antar budaya.

Dalam dokumen tersebut ditegaskan juga bahwa toleransi, rasa hormat, pemahaman dan, tentu saja, adopsi keragaman budaya adalah cara manifestasi individualitas dan bentuk ekspresi peradaban yang bermartabat.

Oleh karena itu, setiap negara direkomendasikan untuk menjadikan toleransi sebagai norma dan kebijakan hukum sehingga seluruh warganya menghayatinya sebagai way of life sekaligus hak yang adil.

Visi dari Deklarasi Toleransi adalah terciptanya budaya toleransi dan antidiskriminasi agar setiap warga masyarakat dapat menikmati hak-haknya, yang asasi, termasuk hak sosial dan ekonomi, tanpa diskriminasi apapun.

Budaya toleransi bertujuan melawan pengaruh yang menyebabkan ketakutan dan pengucilan orang lain. Budaya toleransi harus membantu orang muda mengembangkan kapasitas untuk penilaian independen, pemikiran kritis dan penalaran etis.

Keberagaman agama, bahasa, budaya, dan etnis di dunia kita bukanlah dalih untuk konflik, tetapi merupakan harta yang memperkaya kita semua. (Aguis E, Amborsecz J., Towards a Culture of Tolerance and Peace. 2003: 17-27).

Menduniakan Legacy Gus Dur

Dalam sejarah dunia terdapat banyak tokoh yang memiliki legacy yang kuat berkenaan dengan pembangunan budaya toleransi.

Pada zaman kuno kita mengenal pelopor kebebasan beragama dan penghapusan perbudakan dari Persia, Cyrus II (Cyrus Agung), perluasan hak kewarganegaraan oleh Kaisar Claudius di Roma, dan pengakuan hak multietnis oleh Kaisar Mongolia, Jenghis Khan.

Pada zaman modern, kita mengenal pelopor gerakan antikekerasan dan kesetaraan, Mahatma Gadhi dari India, pejuang antidiskrimnasi Martin Luther King Jr dari Amerika Serikat, pelayan orang miskin lintas agama dan etnis Bunda Teresa dari Calcuta.

Di Indonesia, kita mempunyai Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai tokoh yang memiliki legacy kuat dalam hal toleransi dan anti diskrisminasi.

Pasalnya, Gus Dur mendedikasikan hidupnya untuk mewujudkan nilai-nilai dan way of life Indonesia yang menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi semangat kekeluargaan dan toleransi.

Masyarakat Indonesia mengenang dan menjuluki Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme dan Toleransi karena keberanian dan konsistensinya membela minoritas, termasuk keturunan Tionghoa dan Muslim Ahmadiyah. Inilah warisan tak ternilai Gus Dur untuk negeri ini.

Cucu pendiri Nahdlatul Ulama Hasyim Asy'ari ini tidak hanya menganut paham demokrasi dan toleransi. Namun, ia mengamalkannya dalam kesehariannya.

KH Abdurrahman Wahid, awal Agustus 1982.
Kompas/JB Suratno KH Abdurrahman Wahid, awal Agustus 1982.

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com