Masyarakat Indonesia mengenang dan menjuluki Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme dan Toleransi karena keberanian dan konsistensinya membela minoritas, termasuk keturunan Tionghoa dan Muslim Ahmadiyah. Inilah warisan tak ternilai Gus Dur untuk negeri ini.
Cucu pendiri Nahdlatul Ulama Hasyim Asy'ari ini tidak hanya menganut paham demokrasi dan toleransi. Namun, ia mengamalkannya dalam kesehariannya.
Ketika menjadi Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU), Gus Dur adalah orang pertama yang memerintahkan Gerakan Organisasi Pemuda Ansor (Banser) untuk mengawal setiap gereja di malam Natal.
Tak lama setelah dilantik sebagai presiden pada 1999, Gus Dur menghadiri Perayaan Natal di Jakarta dan berpidato tentang pentingnya persaudaraan antar umat beragama yang berbeda.
Di bawah kepemimpinan Gus Dur, Konghucu diakui sebagai agama dan Tahun Baru Imlek dinyatakan sebagai hari libur nasional.
Dia adalah presiden dan ulama pertama yang meminta maaf atas genosida antikomunis yang terjadi pada tahun 1965.
Dia juga mengembalikan nama Papua yang selama Orde Baru diberi nama Irian Jaya. Dia menghargai identitas budaya orang Papua sehingga tidak melarang pengibaran bendera Bintang Kejora sebagai sebuah simbol jatidiri dan identitas kebudayaan mereka.
Gus Dur memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan bertumbuhnya budaya toleransi, kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia.
Menurut penulis, sebagai warga bangsa Indonesia semua kita patut bersyukur dan berbangga atas teladan yang diberikan oleh Gus Dur.
Lebih daripada itu, sebagai generasi penerus, kita terpanggil untuk terus melanjutkan atau mencontoh semangat, visi dan komitmen.
Bahkan, sebagai bagian dari masyarakat dunia dan selaras dengan karakter politik luar negeri kita yang bebas aktif, kita hendaknya menduniakan legacy Gus Dur. Tujuannya agar legacy Gus Dur dapat menginspirasi para pemimpin dunia, warga masyarakatnya, terutama para generasi muda.
Hingga kini, warga dunia belum benar-benar menikmati kehidupan yang nyaman dan damai. Tak sedikit warga dunia yang belum dapat menikmati hak-haknya asasinya.
Banyak pula yang hidup dalam ketakutan dan tak dapat menggunakan hak sosial dan ekonomis demi kehidupan yang berkualitas dan sejahtera.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan