Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PAN: Gelombang PHK Massal Arahkan Kita ke Mati Suri Mesin Ekonomi

Kompas.com - 17/04/2020, 17:23 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PAN Eddy Soeparno menilai, pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sebagai dampak pandemi Covid-19 akan mengarahkan pada mati surinya mesin ekonomi.

Demikian disampaikan Eddy dalam diskusi online DPP PAN bertema Mencegah PHK Massal, Menyelamatkan Ekonomi Nasional, Jumat (17/4/2020).

"Kalau kita melihat besarnya PHK yang terjadi saat ini, apalagi ada gelombang PHK massal berikutnya, itu justru akan mengarahkan kita ke mati suri mesin ekonomi," kata dia.

Baca juga: Cegah PHK Massal, PAN Dorong Pemerintah Tiru Singapura Beri Subsidi Gaji Pekerja

Eddy mengatakan, apabila hal tersebut terjadi, maka kepailitan atau kebangkrutan massal juga bisa terjadi.

Menurut dia, apabila mesin ekonomi sampai mati, maka kebangkitannya pun akan sulit ke depannya.

Sebab pemulihan membutuhkan waktu yang lama.

"Kalau PHK massal sudah menjadi, kita akan pada saat recovery seperti harus melakukan rekruitmen lagi. Mereka yang sekarang ada di kampung, harus ditarik kembali untuk dilatih dan itu butuh waktu," kata dia.

Baca juga: Pembayaran PPh 21 untuk Pensiun Naik, Sri Mulyani: Indikasi Peningkatan PHK

Apalagi, kata dia, saat ini banyak pekerja yang pulang ke daerah karena di-PHK atau tak memiliki prospek pekerjaan di wilayah mereka bekerja.

Hal tersebut, menyebabkan masalah baru di kampung halamannya karena kondisi mereka yang sudah berbeda.

"Biasanya orang itu pulang kampung dalam rangka mudik lebaran bawa uang, sekarang, sudah pulangnya lebih awal tak bawa apa-apa. Ini akan menjadi beban yang pindah dari DKI atau daerah-daerah industri mereka ke daerah-daerah asalnya," kata dia.

Baca juga: MTI: Jika Operasional KRL Dihentikan, 7.000 Pekerja Terancam PHK

PHK juga disebutkannya akan membebani anggaran pendapatan belanja nasional (APBN) dan membawa dampak sosial yang tidak kecil sampai ke daerah.

Apalagi, kata dia, 81 persen industri besar dan sedang berpusat di Pulau Jawa.

Salah satunya yang paling menyerap banyak pekerja adalah industri tekstil dan pakaian jadi.

Pada tahun 2017, kata dia, pekerja industri tersebut tercatat 1,5 juta yang meningkat menjadi 3,7 juta pada 2019.

"Kalau terjadi goncangan besar dan PHK hanya di sektor itu saja, bagaimana dampaknya? Sekarang saja kegiatan yang sudah terhenti sama sekali, seperti pariwisata, katering, itu saja sudah PHK secara instan," ucap dia.

Baca juga: Asosiasi Serikat Pekerja: Pandemi Covid-19 Dalih Perusahaan Lakukan PHK Sepihak Tanpa Pesangon

Oleh karena itu, menurut dia, apapun upaya yang dilakukan pemerintah dengan menggelontorkan program stimulus, bertujuan untuk menghidupkan kembali atau menahan kontraksi ekonomi lebih lanjut.

"Itu memang harus dengan paradigma bahwa mesin ekonomi ini jangan sampai mati," kata dia.

Prinsip bahwa apapun yang dilakukan dari segi stimulus, kata dia, bertujuan untuk membantu perekonomian agar tidak mandek, harus segera, terfokus, dan sementara.

Setidaknya, pemerintah telah memberikan stimulus dalam rangka menangani dampak Covid-19 senilai Rp 405,1 triliun ke berbagai sektor. Antara lain bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

Nasional
Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Nasional
Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Nasional
Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Nasional
Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Nasional
Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Nasional
Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Nasional
Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Nasional
Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Nasional
Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Nasional
Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Nasional
Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Nasional
Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Nasional
Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas 'Montblanc' Isi Uang Tunai dan Sepeda 'Yeti'

Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas "Montblanc" Isi Uang Tunai dan Sepeda "Yeti"

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com