JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai. selama ini partai-partai politik Islam cenderung tidak dapat perolehan suara secara signifikan di setiap Pemilu.
Padahal, mayoritas penduduk Indonesia merupakan umat Muslim.
"Dari Pemilu ke Pemilu mulai dari 1955, 1956, sampai 2019 menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan signifikan dari partai Islam khususnya perolehan suaranya. Sampai di era Reformasi pun partai Islam semakin ramping," kata Siti dalam diskusi bertajuk Wajah Islam Politik Pasca-Pemilu 2019 di kantor Parameter Politik Indonesia, Jakarta, Jumat (29/11/2019).
"Ke mana dia sekarang suara Muslim itu ketika kita punya PKS, PPP, PKB, PAN tapi tidak signifikan perolehan suaranya?" kata Siti.
Baca juga: JK Anggap Perbedaan Partai Nasionalis dan Partai Islam Makin Tipis
Ia berpendapat, justru umat Muslim banyak yang lebih memilih partai-partai nasionalis, seperti PDI-P, Partai Demokrat, Partai Nasdem, dan Partai Golkar.
Menurut Siti, ada sejumlah aspek yang harus diselesaikan oleh partai-partai Islam demi mendapat dukungan maksimal dari umat Islam. Seperti, kemampuan partai Islam menjadi partai berbasis kaderisasi dan memiliki basis massa yang jelas.
"Saya melihat pola relasi harus diperbaiki, di internal partai Islam, komunitas Islam itu harus disuguhi bahwa kader partainya itu betul-betul amanah (dapat dipercaya), siddiq (jujur), tabligh (menyampaikan apa adanya), fathanah (cerdas). Islam sudah mengajarkan," kata dia.
Namun, kata Siti, partai Islam terkadang lupa dengan nilai ajaran Islam itu sendiri. Sehingga, ini membuat umat Islam mengalihkan dukungannya ke partai nasionalis.
"Pemilih tidak salah karena juga tidak diberikan calon-calon yang misalnya seperti katakan Pak Jokowi yang mau blusukan, dan sebagainya. Elite-elitenya jangan bersikap elitis," kata dia.
Baca juga: PBB Bergabung, PSI Anggap Jokowi Pemersatu Partai Islam dan Nasionalis
Siti mengingatkan tidak mudah mendeklarasikan partai sebagai partai Islam. Sebab, umat Islam memiliki tuntutan yang tinggi terhadap bagaimana partai menjalankan ajaran Islam.
"Dalam politik yang tidak boleh dilupakan dia harus punya komitmen dan tentu sebagai partai harus menonjolkan ideologi," ucap Siti Zuhro.
"Karena di situ masyarakat akan melihat partai yang punya ideologi jelas, bukan plin-plan. Jadi kalau sudah main mengayun ke kanan, kiri, ke belakang, enggak jelas, pasti konstituen pusing," kata dia.
Selanjutnya, Siti menyoroti partai-partai Islam yang justru cenderung sulit bekerja sama. Padahal, Islam sudah mengajarkan prinsip sinergitas.
"Koalisi antar partai Islam aja enggak bisa, coba PKS sama PPP, susah. PKB dan PAN, susah banget," ujar Siti Zuhro.
"Kalau para elitenya partai Islam tidak bisa saling berkomunikasi, bersinergi, apa yang kita harapkan sebagai umat Islam? Jadi tidak bisa saling kayak orang shalat saling monggo, kan gitu kan, untuk saling kerja sama dan sebagainya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.