Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lanjutkan Safari Amendemen UUD 1945, MPR Segera Temui NU dan Muhammadiyah

Kompas.com - 26/11/2019, 17:30 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo mengatakan, MPR akan melanjutkan safari pembahasan wacana amendemen UUD 1945 ke sejumlah pihak.

Dalam waktu dekat, MPR akan bertemu Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) dan Pengurus Pusat Muhammadiyah.

"Jadi besok kami ke PBNU. Lalu mungkin lusa ke Muhammadiyah," ujar Bambang setelah pertemuan dengan pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.

Sejauh ini, MPR sudah menggelar safari ke sejumlah parpol, yakni PDIP, Partai Demokrat, Partai Gerinda, PAN, Partai Nasdem dan pada Selasa bertemu dengan PKS.

Dalam safari tersebut, kata Bamsoet, pimpinan MPR ditemui langsung oleh ketua umum masing-masing partai.

Baca juga: Fraksi Nasdem di DPR Dorong Amendemen 1945 Secara Menyeluruh

Selanjutnya, pimpinan MPR masih akan bertemu dengan dua partai yakni PKB dan Golkar.

"Kalau sebelumnya kan akan ke PKB tetapi dijadwalkan ulang. Lalu akan ke Golkar tapi nanti setelah musyawarah nasional (munas) selesai," ucap Bamsoet.

Meski telah menjalani safari ke sejumlah pihak, Bamsoet menuturkan saat ini belum ada kepastian akan dibawa ke mana wacana amendemen UUD 1945 ini.

Alasannya, karena hingga kini belum ada anggota MPR yang secara resmi mengusulkan amendemen.

Adapun, syarat untuk melakukan amendemen pun harus memenuhi sejumlah ketentuan.

Pertama, harus diusulkan oleh sekurang-kurangnya sepertiga dari jumlah anggota MPR.

Baca juga: Fraksi Nasdem di DPR Dorong Amendemen 1945 Secara Menyeluruh

Kedua, harus jelas pasal mana saja yang akan diamendemen dengan dasar agumentasi yang kuat dan lengkap.

"Lalu dalam hal pengambilan keputusan atau kuorum juga harus dihadiri sekurang-kurangya dua pertiga jumlah anggota MPR. Nah yang kita lakukan saat ini hanya menjaring saja aspirasi di masyarakat. Harus segera membuat diskursus biar masyarakat tahu, " tutur Bamsoet.

Dia menambahkan, akan memanfaatkan waktu selama tiga tahun ke depan untuk membahas wacana amendemen UUD 1945 ini.

Terpisah, Presiden PKS, Sohibul Iman mengatakan bahwa kunjungan MPR pada Selasa dalam rangka menjamin aspirasi.

Aspirasi yang dirangkum saat ini pun baru dari kalangan elite politik.

"Dan dari tingkat akademik juga udah ada. Tapi nanyi kami usulkan harus kepada masyarakat juga, sehingga masyarakat tahu amendemen tidak dilakukan dengan tiba-tiba. Dengan begitu mau tidak mau amendemen UUD 1945 jadi kata yang sering didengar masyarakat," ujar Sohibul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com