Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Pilkada, KPU Daerah Diminta Koordinasi dengan Dinkes untuk Cek Kesehatan KPPS

Kompas.com - 25/11/2019, 16:31 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Pemilihan Pemilihan Umum (KPU) Evi Novida Ginting Manik mengatakan, pihaknya akan meminta KPU daerah berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat untuk melakukan pemeriksaan terhadap calon penyelenggara ad hoc Pilkada 2020.

Mereka yang nantinya bisa menjadi penyelenggara ad hoc adalah yang dinyatakan sehat dan mampu secara fisik oleh dinas kesehatan setempat.

Adapun penyelenggara ad hoc yang dimaksud adalah Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

Baca juga: KPU Harap Pilkada Tetap Diselenggarakan Secara Langsung

"Nanti akan kita sampaikan kepada temen-temen di daerah supaya bisa dioptimalkan untuk bisa dilakukan apakah serentak misalnya melakukan pemeriksaan kesehatan dan kerja samanya dengan dinas kesehatan," kata Evi saat ditemui di Hotel Le Meridien, Jakarta, Senin (25/11/2019).

Langkah KPU itu terbilang baru. Upaya tersebut ditempuh berkaca dari penyelenggaraan Pemilu 2019 yang menelan banyak korban dari kalangan penyelenggara ad hoc.

Diduga, beban kerja yang begitu berat menyebabkan penyelenggara pemilu ad hoc menjadi kelelahan.

Namun demikian, pada penyelenggaraan pilkada mendatang, Evi yakin beban kerja penyelenggara lebih ringan.

Pasalnya, menurut Evi, dibandingkan pemilu, penyelenggaraan pilkada lebih sederhana.

"Kalau kemarin kan Pemilu serentak 2019 itu kan lima jenis surat suara, terutama yang pilegnya itu kan juga banyak melakukan penghitungan yang berkaitan dengan parpol dan calon-calonnya. Itu kan memakan waktu yang cukup banyak, kerja yang cukup berat," ujar Evi.

"Kalau ini kan Pilkada surat suaranya juga lebih simpel, mungkin formulirnya juga akan lebih sedikit," lanjutnya.

Di samping itu, Evi yakin beban kerja penyelenggara ad hoc pilkada tak seberat waktu pemilu lantaran KPU tengah mempertimbangkan penggunaan sistem rekapitulasi suara secara elektronik atau e-rekap.

Diharapkan, sistem ini dapat meringankan kerja penyelenggara.

Baca juga: KPU: Beban Kerja KPPS Pilkada 2020 Lebih Ringan Dibandingkan Pemilu 2019

"Mudah-mudahan e-rekap ini bisa menjadi solusi bagi beban kerja yang akan lebih ringan," kata Evi.

Untuk diketahui, Pilkada 2020 akan digelar di 270 wilayah di Indonesia yang meliputi 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Adapun hari pemungutan suara Pilkada 2020 jatuh pada 23 September tahun depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com