Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolres Kendari Dimutasi, Polri Klaim Bukan Akibat 2 Mahasiswa Tewas

Kompas.com - 07/10/2019, 22:22 WIB
Devina Halim,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian kembali memutasi jajarannya lewat surat telegram bernomor ST/2657/X/KEP./2019, tertanggal 7 Oktober 2019.

Surat itu dikonfirmasi oleh Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhart.

"Iya, ST (surat telegram) tersebut dari Mabes Polri," ujar Harry saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/10/2019) malam.

Berdasarkan surat telegram itu, salah satu yang dimutasi adalah Kapolres Kendari AKBP Jemi Junaidi. Jemi akan menduduki jabatan sebagai Kepala Bagian Pengendalian Personel Biro Sumber Daya Manusia Polda Kalimantan Tengah.

Baca juga: Polisi Uji Balistik Proyektil yang Tewaskan Mahasiswa UHO di Belanda dan Australia

Posisi Kapolres Kendari itu akan diisi oleh AKBP Didik Efrianto yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Wakatobi.

Kendati demikian, Harry mengatakan bahwa mutasi itu tak terkait tewasnya dua mahasiswa saat demo menolak UU KPK dan sejumlah rancangan undang-undang di Kendari, 26 September 2019.

Harry berdalih bahwa mutasi di dalam institusi Polri adalah hal yang biasa dilakukan.

"Tidak ada (kaitannya dengan dua mahasiswa tewas saat demo di Kendari). Mutasi dalam organisasi Polri hal biasa dalam rangka tour of duty dan area serta untuk meningkatkan kinerja organisasi dan dalam rangka binkar (pembinaan karir)," kata dia.

Diberitakan, dua mahasiswa meninggal dunia dalam demonstrasi berujung rusuh di Kendari, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Fakta Terkini Mahasiswa UHO Kendari Tewas Saat Demo, Polisi Bawa Senpi Diperiksa hingga Diambil Alih Mabes Polri

Dua mahasiswa yang meninggal itu yakni Randi (21), mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan dan Muh Yusuf Kardawi (19), mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.

Saat demonstrasi, seorang ibu hamil juga terluka akibat tertembak peluru di bagian kakinya. Saat itu, ibu hamil tersebut sedang berada di rumahnya.

Penyidik masih menyelidiki peristiwa tersebut. Proyektil yang menewaskan Randi dan yang melukai ibu hamil tersebut akan diuji balistik ke Belanda dan Australia.

Penyidik juga masih mendalami keterkaitan peristiwa tewasnya dua mahasiswa tersebut dengan enam anggota polisi yang membawa senjata api saat pengamanan demo tersebut.

Baca juga: 4 Fakta Baru 2 Mahasiswa UHO Kendari Tewas Saat Demo, Ditemukan 3 Proyektil hingga 13 Polisi Ditahan

Polri membebastugaskan enam personel polisi yang diduga melanggar standard operasional prosedur karena membawa senjata api saat pengamanan demo di Kendari tersebut.

Satu orang berinisial DK berpangkat perwira dan lima orang berpangkat bintara. Lima orang lainnya berinisial GM, MI, MA, H dan E.

Keenamnya berasal dari satuan Intel dan Reserse yang bertugas di Polres Kendari dan Polda Sultra.

Adapun, senjata api yang digunakan keenam anggota itu yakni laras pendek jenis SNW, HS, dan MAG. 

 

Kompas TV Unjuk rasa ini berlangsung di Makassar, Sulawesi Selatan 16 September lalu menolak kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Penolakan buruh juga digelar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan termasuk di Jakarta pada 30 September lalu. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said Iqbal saat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan mengaku mendorong pemerintah menunda rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Defisit anggaran tahunan BPJS Kesehatan hingga akhir tahun 2019 diperkirakan sebesar Rp 32 triliun. Sementara total peserta BPJS Kesehatan saat ini mencapai 223 juta orang. Pada 1 Januari 2020 nanti kenaikan iuran BPJS Kesehatan diberlakukan untuk semua kategori. Penerima bantuan APBN dan APBD naik menjadi Rp 42.000 dan Rp 23.000 per jiwa. Peserta kelas 1, Rp160.000 per jiwa. Peserta kelas 2, Rp110.000 per jiwa. Dan peserta kelas 3, Rp42.000 per jiwa. Wakil Presiden Joko Widodo tak membantah rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Menurut JK dampak kenaikan iuran tidak akan dialami peserta dari kelompok masyarakat miskin. 24 juta lebih pelanggan listrik 900 volt ampere rumah tangga mampu juga harus bersiap membayar lebih. Rencana kenaikan tarif listrik ini dipicu pencabutan subsidi listrik yang disahkan DPR dalam Undang-Undang APBN 2020 pada 24 September lalu. Daya beli masyarakat yang masih rendah terancam atas rencan kenaikan ini. Kinerja keuangan dan tata niaga BUMN pelayanan dasar dituntut lebih baik dan tak membebani rakyat. #TarifLayananMasyarakat #BPJSKesehatan #TarifPLN
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Jokowi dan PDI-P, Projo: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Projo: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com