JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau terjadi pada Agustus-September 2019.
Kepala Sub Bidang Analisis dan Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi mengatakan, saat ini, wilayah Indonesia 97 persennya sedang mengalami musim kemarau.
"Agustus musim kemarau. Agustus-September ini puncak musim kemarau, 97 persen musim kemarau," ujar Adi dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jumat (30/8/2019).
Baca juga: Kemarau Panjang, Anies Minta Warga Hemat Air
Adi menyampaikan, berdasarkan monitoring BMKG di pos-pos hujan seluruh kecamatan Indonesia, kemarau paling ekstrem tersebar dari wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Hal tersebut dikarenakan di wilayah-wilayah tersebut sudah tidak ada hujan selama 2 bulan sepanjang 2019 ini.
"Data kami mulai dari Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY, NTB, NTT. Di NTT ada satu wilayah yang lebih dari 100 hari tidak ada hujan, ada 1 kecamatan yang 157 hari tidak hujan. 5-4 bulan tidak ada hujan," kata dia.
Adi menyampaikan, dampak dari tidak turunnya hujan yang cukup panjang ini membuat kekeringan ekstrem berstatus awas terjadi.
Antara lain terjadi di Lampung, Jawa, Banten, Jawa Barat, Jakarta Utara, Jawa Tengah, DIY, Bali, dan Nusa Tenggara.
Baca juga: Kemarau, Warga Serpong Krisis Air Bersih Sudah 3 Minggu
Kemarau tahun ini juga menyebabkan hotspot atau sebaran titik api di beberapa daerah melampaui kondisi tahun 2018.
"Pada Agustus, khusus Riau, hotspot 2019 sudah melampaui kondisi 2018. Jambi juga melampaui padahal kemarau masih akan dihadapi 1-2 bulan lagi. Perlu kewaspadaan lebih untuk wilayah-wilayah yang sudah melampaui tahun 2018. Tahun ini kemaraunya memang lebih kering dari 2018," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.