Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Moeldoko, Karhutla Sulit Dipadamkan Karena Banyaknya Titik Api

Kompas.com - 15/08/2019, 17:56 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, pemerintah kesulitan memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan.

Pasalnya, tim gabungan yang terdiri dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Polri, TNI dan pemerintah daerah menemukan banyaknya jumlah titik api (hotspot).

"Memang tidak mudah, karena sumber titiknya itu banyak. Kalau diperbandingkan dengan yang lalu, dulu padat asapnya tetapi titiknya kurang. Sekarang ini titiknya banyak, tapi kepadatannya kurang," ujar Moeldoko di kantornya di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (15/8/2019).

"Titik (api) banyak inilah yang memerlukan kekuatan besar karena terpencar-pencar dan ini tidak mudah, itu kira-kira. Memang situasi ini yang memberikan kesulitan kepada aparat yang bekerja di lapangan. Jadi kami sudah bekerja keras," lanjut dia.

Baca juga: Polisi Selidiki 6 Perusahaan dan Tangkap 30 Orang Terkait Karhutla di Kalbar

Ia menambahkan, pemerintah telah menginstruksikan aparat di lapangan disebar di semua titik api yang terpantau.

Mantan Panglima TNI itu menegaskan, pemerintah melalui Polri akan menindak tegas terhadap pelaku pembakaran hutan, baik yang dilakukan oleh perorangan maupun korporasi.

"Saya sudah bicara panjang lebar dengan menteri kehutanan, kami akan melakukan tindakan yang keras. Lebih keras lagi terhadap para pelanggar itu. Apakah itu korporasi, apakah itu perorangan," lanjut dia.

Baca juga: Kapolri Bentuk Tim Asistensi Karhutla di Riau, Jambi, Kalteng, dan Kalbar

Diketahui, hingga saat ini karhutla masih terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Di Kalimantan Tengah, karhutla sudah mendekati wilayah pemukiman penduduk.

Di Kalimantan Barat, polisi sudah mengusut 26 kasus dengan 30 tersangka atas kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya.

Kepala Bidang Humas Polda Kalbar Kombes (Pol) Donny Charles Go menambahkan, pihaknya juga tengah menyelidiki enam perusahaan yang lahan konsesinya diduga ada titik api.

"Polda Kalbar terus bekerja untuk menekan praktik pembakaran lahan. Selain perorangan, keterlibatan korporasi juga sedang didalami," kata Donny, Kamis (15/8/2019).

 

Kompas TV Satu helikopter milik BNPB dikerahkan untuk memadamkan kebakaran hutan di Kabupaten Aceh Barat. Petugas gabung terpaksa melakukan pemadaman lewat udara dengan <em>water bombing</em> untuk memadamkan api di titik yang sulit dijangkau. Penyiraman air dengan menggunakan helikopter untuk memadakan kebakaran hutan dilakukan selama 3 jam. Beberapa titik kebakaran yang sulit diakses melalui jalur darat sehingga harus menggunakan <em>water bombing</em> di antaranya di Kecamatan Johan Pahlawan dan Kecamatan Meureubo. Selain menggunakan <em>water bombing</em> pemadaman melalui jalur darat pun terus dilakukan terutama di di lokasi yang berdekatan dengan permukiman warga. Meski sudah sedikit berkurang hingga saat ini Kabupaten Aceh Barat masih ditetapkan darurat asap. #KebakaranHutanAceh #WaterBombing
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan Lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan Lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com