Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Langkah Polri demi Ungkap "Petrus" di Kerusuhan 21-22 Mei

Kompas.com - 05/07/2019, 16:01 WIB
Ardito Ramadhan,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com -- Penyidik kepolisian menggunakan sejumlah cara untuk mengidentifikasi penembak misterius alias 'petrus' pada peristiwa kerusuhan 21-22 mei 2019.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menjelaskan, cara pertama yang dilakukan penyidiknya adalah dengan menganalisis video rekaman kerusuhan.

"Kami sedang menganalisis kembali menggunakan face recognition dari berbagai macam visual yang ada. Baik melalui video, CCTV, termasuk kita combine dengan keterangan saksi," ujar Dedi dalam konferensi pers di Gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jumat (5/7/2019).

Metode ini dilakukan untuk mengidentifikasi wajah si penembak misterius. 

Cara kedua, penyidik juga menggunakan teknologi voice analysis. Cara ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis suara letusan pada saat kerusuhan.

"Dianalisis apakah benar suara senjata api. Karena setiap letusan itu punya kekhasan masing-masing. Atau letusan petasan. Ini semuanya akan dibedakan nanti," ujar Dedi.

Hasil dari analisis keduanya, lanjut Dedi, akan dikombinasikan dengan hasil rekonstruksi terhadap korban meninggal dunia, termasuk keterangan saksi. Diharapkan, cara ini membuahkan hasil menguak sosok penembak misterius itu.

"Karena ada saksi yang melihat korban itu tertembak, jatuh, kemudian dievakuasi. Semuanya itu akan kami dalami," ujar Dedi.

Baca juga: Polisi: 2 Korban Tewas pada Kerusuhan 22 Mei Diduga Ditembak Orang Tak Dikenal

Diberitakan, Polri sedang menyelidiki penembak misterius yang menewaskan sejumlah orang pada peristiwa kerusuhan 21-22 Mei 2019 lalu. Dedi mengatakan, ada saksi yang sempat melihat penembak misterius tersebut ketika sedang beraksi.

"Ada seseorang yang tingginya sekitar 175 sentimeter, kemudian rambut panjang, kurus. Dia menembakkan dengan tangan kiri. Ini yang sedang kami dalami. Ada saksinya," ujar Dedi.

Saksi, lanjut Dedi, melihat 'petrus' beraksi dari arah samping titik kerusuhan.

Keterangan ini sesuai dengan hasil uji balistik terhadap korban meninggal dunia. Arah peluru dianalisis bukan berasal dari arah depan atau petugas kepolisian, melainkan dari samping.

 

Kompas TV Perkembangan penyelidikan kerusuhan 21-22 Mei mendapati adanya dugaan fakta baru terkait korban kerusuhan. KompasTV akan membahasnya dalam dialog Kompas Petang bersama pusat kajian keamanan nasional Puskamnas Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Hermawan Sulistyo, dan lewat sambungan skype juga telah bergabung Komisioner Komnas HAM Amiruddin Al Rahab. #Aksi22Mei #Kerusuhan22Mei #Bawaslu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com