Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Sebut Modus Korupsi di Indonesia, Ini Komentar Menteri Basuki...

Kompas.com - 16/02/2019, 03:14 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com — Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono menegaskan, kementeriannya sangat berkomitmen dalam urusan pencegahan tindak pidana korupsi.

Penegasan Basuki terkait dengan pernyataan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto tentang modus korupsi di Indonesia.

Prabowo mengatakan, modus korupsi yang kini marak terjadi adalah dengan membuat proyek kemudian melakukan mark up anggaran. Prabowo mencontohkan, nilai proyek yang seharusnya 100 dilebihkan menjadi 200.

"Di kementerian saya memang cukup riskan, tapi kami bikin sistem berlapis-lapis," ujar Basuki ketika dijumpai di sela-sela kesibukannya mendampingi Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerja ke Bengkulu, Jumat (15/2/2019).

Baca juga: Timses Prabowo: Posisi Energi Indonesia Sudah ICU, Krisis!

Untuk pengadaan barang dan jasa, misalnya, sebelum ditandatangani oleh menteri, harus terlebih dahulu diperiksa oleh masing-masing direktur jenderal yang berwenang sesuai dengan proyek yang dikerjakan.

Apabila proyek bendungan, itu harus ditandatangani Dirjen Sumber Daya Air. Apabila proyek jalan, itu mesti ditandatangani Dirjen Bina Marga. Apabila proyek permukiman, yang menandatanganinya adalah Dirjen Cipta Karya.

"Kemudian diperiksa lagi di Inspektur Jenderal yang dia itu juga harus paraf. Kemudian baru masuk ke Dirjen Bina Konstruksi yang bertanggung jawab atas pengadaan barang dan jasa," ujar Basuki.

Di Dirjen Bina Konstruksi, lanjut Basuki, sebuah proyek itu diperiksa oleh 13 orang panelis. Apabila dinilai tidak ada masalah, barulah rencana proyek tersebut sampai ke meja menteri untuk ditandatangani.

Baca juga: Jokowi Minta Masyarakat Cek Kebenaran Pernyataan Prabowo yang Ini...

Tidak berhenti sampai di situ, rencana proyek yang sampai di meja menteri juga harus melampirkan pakta integritas yang memuat komitmen bahwa seluruh rencana proyek yang diusulkan kepada menteri harus bebas dari praktik korupsi.

"Jadi, semuanya pasti sudah diperiksa secara profesional. Kalau benar, baru saya tanda tangan," ujar Basuki.

Lagi pula, menurut Basuki, praktik korupsi dengan modus mark up alias penggelembungan dana saat ini sudah sangat sulit dilakukan. Sebab, hampir seluruh pengadaan telah menggunakan sistem electronic catalog, electronic purchasing, dan electronic procurement.

"Kalau mark up, kan ada LKPP. Ada e-katalog. Susah. Kalau dibilang mark up 100 jadi 200, ya sangat susah. Karena mekanismenya sudah ada sendiri di LKPP. Apalagi sudah e-katalog. Kan harganya semua sama," ujar Basuki.

Baca juga: Dewan Pakar BPN Akui Prabowo Tak Bisa Langsung Stop Impor jika Menang Pilpres

Diberitakan, capres nomor urut 02 Prabowo menyebut Indonesia kini masih diwarnai praktik-praktik korupsi. Salah satu modus korupsi yang dilakukan adalah dengan membuat proyek.

"Sekarang yang terjadi adalah korupsi yang gila-gilaan. Yang mencuri itu pintar-pintar. Saking pintarnya mereka mengira bisa lolos," kata Prabowo saat kampanye di Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, Kamis (14/2/2019), seperti disiarkan Gerindra TV.

"Salah satu cara yang mereka paling senang adalah membuat proyek. Proyek harganya mungkin 100, dia bilang 200. Itu caranya. Banyak caranya deh. Aku saksi mata, hafal semua cara-cara itu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com