Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hoaks Sepekan, Kemenkes Minta Biodata hingga Kapal Tenggelam

Kompas.com - 18/01/2019, 15:10 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Beberapa informasi hoaks atau kabar bohong masih sempat ditemui di media sosial atau aplikasi pesan pada saat ini.

Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya jeli menyaring informasi dan kabar dari media sosial agar tidak termakan informasi bohong.

Berikut sejumlah informasi yang berhasil terkonfirmasi sebagai hoaks dalam sepekan ini, 13-18 Januari 2019. Berikut rinciannya.

Kemenkes Minta Biodata Tenaga Medis dan Nonmedis

Kabar mengenai adanya surat edaran berisi permintaan data tenaga medis dan nonmedis di rumah sakit dan mengatasnamakan pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ini beredar pada Selasa (15/1/2019).

Tak hanya meminta informasi bidata tenaga medis dan non medis rumah sakit, surat ini juga bermodus ingin memastikan kebenaran dan ketetapan untuk Sistem Informasi Rumah Sakit Online (SIRS Online) Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.

Analis Kebijakan Ahli Utama (AKAU) Kemenkes, Untung Suseno Sutarjo mengungkapkan bahwa surat tersebut merupakan hoaks.

Menurut Untung, surat itu beredar melalui pesan di WhatsApp pada tahun lalu dan kemudian muncul lagi sekitar tanggal 8 Januari 2019 dengan format pesan yang sama.

Agar surat tersebut tidak menimbulkan informasi yang salah lebih luas, Untung mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah mempercayai surat itu.

Baca juga: [HOAKS] Surat Kemenkes Minta Biodata Tenaga Medis dan Nonmedis di RS

Video perlihatkan kapal tenggelam di Danau Toba

Selain itu, dalam pekan ini juga muncul pemberitaan mengenai adanya kapal yang tenggelam di perairan Danau Toba pada Selasa (15/1/2019).

Pemberitaan itu awalnya tersebar di aplikasi pesan, WhatsApp yang berbunyi:

"DANAU TOBA BERDUKA
INNALILLAHI WA INNAILLAHI ROJI'UN...
Buat rekan2 mari sama kita berdoa : baru tenggelam kapal jurusan tiga ras simanindo. muatan penumpang 183 orang. sepeda motor 40. info yang selamat baru 3 orang. kejadian baru saja. semoga semua korban selamat. Aamiin..."

Tidak hanya itu, pesan juga dilengkapi video berdurasi 3 menit 23 detik yang dinarasi sebagai kapal yang tenggelam.

Dalam video itu, diperlihatkan kapal di tengah perairan dan tiba-tiba terbalik. Terdengar juga beberapa orang berteriak panik dan berdoa.

Direktur Pemasaran Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Basar Simanjuntak menegaskan bahwa pesan dan video itu bukan kejadian tenggelamnya kapal di Danau Toba.

Kemudian, berdasarkan penelusuran Kompas.com, video itu ternyata kejadian tenggelamnya Kapal Rafelia II di perairan Selat Bali, Banyuwangi, pada 4 Maret 2016.

Adapun dalam peristiwa tersebut sebanyak 76 orang bisa diselamatkan oleh petugas.

Baca juga: [HOAKS] Video Perlihatkan Kapal Tenggelam di Danau Toba

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com