Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anita Wahid: Rata-rata 94 Hoaks Per Bulan di Sepanjang Tahun 2018

Kompas.com - 09/01/2019, 21:48 WIB
Devina Halim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat hoaks yang beredar sepanjang tahun 2018 sangat tinggi.

Presidium Mafindo Anita Wahid mengatakan, jika dirata-rata, terdapat 94 hoaks yang beredar di masyarakat per bulannya.

Penyebab dari tingginya jumlah tersebut adalah beberapa kontestasi politik yang berlangsung, seperti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan persiapan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

"Selama 2018 itu jumlahnya sangat tinggi, rata-rata per bulannya saja 94 hoaks," kata Anita saat ditemui di Markas Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI, Jakarta Pusat, Rabu (9/1/2019).

Baca juga: Anita Wahid: Hoaks Sudah Tak Efektif Menurunkan Elektabilitas Lawan

"Sejak Januari memasuki pilkada serentak, kita enggak sempat istirahat sama sekali, langsung masuk pilpres, jadi tingkat hoaksnya besar selama 2018," jelasnya.

Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Anita Wahid saat mengunjungi Markas Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI, Jakarta Pusat, Rabu (9/1/2019). KOMPAS.com/Devina Halim Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Anita Wahid saat mengunjungi Markas Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI, Jakarta Pusat, Rabu (9/1/2019).

Jumlah hoaks tersebut sangat tergantung pada kondisi atau kejadian yang ada. Namun, peristiwa terkait identitas agama atau suku membuat jumlah hoaks ikut meningkat.

Peristiwa bencana turut memicu meningkatnya berita bohong yang beredar.

"Biasanya kalau ada kejadian yang berhubungan dengan identitas keagamaan atau identitas kesukuan, tingkat hoaks ikut meningkat. Kalau ada bencana alam, tingkat hoaks meningkat," terang dia.

Baca juga: Mahfud MD: Sungguh Disayangkan Kalau Negara Seindah Ini Hancur karena Hoaks

Kendati demikian, jumlah tersebut diakui Anita belum secara keseluruhan. Mafindo hanya dapat melakukan penyisiran di ranah dunia maya yang terbuka aksesnya bagi semua publik, misalnya media sosial.

Sementara itu, ada grup-grup di media sosial yang tidak dapat mereka akses. Mafindo tak memiliki informasi dan tak bisa melakukan pengecekan terhadap hoaks yang beredar dalam platform tersebut.

"Misal di Facebook group, Whatsapp group, itu kan tertutup. (Di situ) kami enggak tahu, (datanya) berdasarkan pantauan yang kami tangkap saja," lanjutnya.

Baca juga: Wiranto: Hoaks Itu Teror

Oleh karena itu, Anita mengimbau masyarakat agar mau aktif memverifikasi atau mengecek informasi yang didapat, terlebih di tahun pemilu seperti saat ini.

Kompas TV Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri menyindir para pelaku penyebar hoaks yang belakangan ini diberitakan. Hal ini disampaikan Megawati saat ia bercerita tentang kehidupannya di kala muda yang sering mendampingi ayahnya ke acara kenegaraan. Megawati pun menantang para pelaku hoaks dan perundungan untuk debat dengan dirinya. Menurut Megawati, kaum pemuda Indonesia telah kehilangan jiwa nasionalis untuk bangsa dan negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com