JAKARTA, KOMPAS.com- Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, Polri mengerahkan 94 ribu personel untuk mengamankan perayaan tahun baru.
Dalam pengamanan, Polri dibantu TNI, Kementerian Perhubungan, Pemerintah Daerah, Kementerian Kesehatan, serta stakeholders lainnya juga akan turut membantu pengamanan.
“Akan melaksanakan pengamanan di 1.904 titik tempat perayaan malam pergantian tahun,” kata Dedi saat dihubungi, Senin (31/12/2018).
Baca juga: Kapolda Jatim Imbau Warga Tak Serbu Surabaya saat Malam Tahun Baru
Rumah ibadah dan tempat keramaian masyarakat lainnya, seperti pusat-pusat perbelanjaan, tempat-tempat hiburan, serta obyek wisata, juga menjadi fokus pengamanan Polri.
Dedi mengatakan, Polri mengantisipasi gangguan keamanan dan ketertiban dengan melakukan langkah-langkah preemtif kepada masyarakat.
“Polri akan mengantisipasi segala potensi gangguan kamtibmas dengan melaksanakan pengamanan terbuka, tertutup, patroli gabungan dan laksanakan langkah-langkah preemtif kepada masyarakat,” kata Dedi.
Ia juga mengajak kepada masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan di wilayah masing-masing saat perayaan pergantian tahun.
Dala kesempatan itu, Dedi menuturkan, Kepolisian melalui Densus 88 mengantisipasi potensi ancaman terorisme yang bisa mengganggu keamanan dan ketertiban saat perayaan malam tahun baru 2019. Sejumlah lokasi menjadi fokus pengamanan dari tim Densus 88.
"Satgas Antiterorisme dan Densus 88 bekerja semaksimal mungkin untuk antisipasi dan mitigasi seluruh potensi ancaman terorisme. Baik itu di tempat-tempat ibadah atau tempat keramaian maupun di tempat pesta pergantian tahun baru, seperti di Bali itu fokus, kemudian di Jakarta, dan beberapa daerah di Jawa," ujar Dedi.
Dedi menuturkan, sejauh ini Densus 88 dan unit lain tetap melakukan pergerakan secara senyap untuk mendeteksi potensi gangguan dari kelompok teroris.
Menurut Dedi, pergerakan secara senyap ini dilakukan agar tidak tercipta kepanikan di tengah masyarakat.
Baca juga: Rayakan Tahun Baru di Kota Tua, Catat Lokasi Kantong Parkirnya...
"Sejauh ini bukan berarti Densus 88 sama Satgas antiterorisme itu diam, itu bergerak terus tapi secara silent. Densus dan satgas antiterorisme itu bergerak terus tanpa diketahui masyarakat. Karena kalau diketahui masyarakat justru akan membuat masyarakat jadi takut, jadi khawatir, bahkan panik," ujar Dedi.
Densus 88 juga memantau sel-sel tidur atau sleeping cell dari teroris yang memiliki potensi akan bangkit.
Lebih lanjut, kata Dedi, Densus 88 juga melakukan pemantauan selama 24 jam terhadap eks narapidana terorisme yang memiliki pemahaman radikal.