Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Kalla: Sejak Awal Saya Sudah Duga Ratna Sarumpaet Bohong

Kompas.com - 04/10/2018, 20:38 WIB
Yoga Sukmana,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku sudah menduga bahwa penganiayaan aktivis Ratna Sarumpaet merupakan suatu kebohongan. Dia sudah mengira itu lantaran tak ada laporan polisi. 

"Sejak awal saya sudah duga," ujarnya di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (4/10/2018).

"Karena tidak mungkin seorang Ratna Sarumpaet dianiaya tanpa berteriak," sambung Kalla.

Baca juga: Bawaslu Kaji Laporan dan Aduan soal Hoaks Ratna Sarumpaet

Menurut Kalla, dalam keadaaan terdesak seseorang pasti akan berteriak minta tolong. Jadi kata dia, kalau itu benar terjadi maka tak mungkin tak ada orang yang mendengar teriakan Ratna.

Pihak kepolisan dalam konferensi pers mengatakan bahwa tidak ada saksi yang mendengar atau melihat terjadi penganiayaan di Bandara Bandung seperti kabar yang berkembang.

"Keadaan aman saja berteriak, apalagi kalau keadaan susah. Tidak mungkin tidak didengar orang," kata Kalla.

Seperti diketahui, sebelumnya beredar foto Ranta Sarumapaet dengan kondisi wajah yang bengkak. Disebutkan, Ratna mengalami penganiayaan di Bandung pada 21 September 2018.

Informasi itu terus bergulir hingga sejumlah politisi mengunjungi Ratna dan menyatakan bahwa lebam di muka Ratna akibat dianiaya. Bahkan capres Prabowo Subianto sampai membuat konferensi pers setelah melihat kondisi Ratna.

Baca juga: RS Bina Estetika Tolak Berikan Data Medis Ratna Sarumpaet ke Polisi

Ia mengecam orang-orang yang disebut telah menganiaya Ratna dan menyebutnya sebagai tindakan pengecut. Prabowo menilai kasus Ratna merupakan ancaman bagi demokrasi.

Namun pada Rabu (3/10/2018), Ratna justru meminta maaf kepada Prabowo hingga Amien Rais. Ia mengaku telah berbohong terkait kondisi di wajahnya.

Ia mengatakan, lebam tersebut terjadi bukan karena dianiaya namun bangkak setelah menjalani operasi plastik. Pengajkuan Ratna itu membuat sejumlah politisi akhinya meminta maaf ke publik, termasuk Prabowo.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mereka Meminta Maaf

Kompas TV Prabowo Subianto minta maaf karena terburu-buru menanggapi kabar penganiayaan Ratna Sarumpaet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com