Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra: Pemerintah Tak Perlu Kebakaran Jenggot Hadapi #2019GantiPresiden

Kompas.com - 12/09/2018, 16:04 WIB
Sandro Gatra

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Gerindra meminta pemerintah tidak perlu panik menghadapi gerakan #2019gantipresiden karena merupakan hal biasa.

"Sebenarnya #2019GantiPresiden, ataupun #Jokowi2Periode merupakan hal yang biasa-biasa saja, hanya bunga-bunga demokrasi. Tidak perlu pemerintah, BIN dan kepolisian kebakaran jenggot," kata Wasekjen Partai Gerindra, Andre Rosiade, dalam diskusi publik "Polemik Tagar", di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (12/9/2018), seperti dikutip Antara.

Menurut dia, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu sudah mengatakan bahwa gerakan #2019GantiPresiden bukanlah kegiatan kampanye. Apalagi saat ini tagar tersebut malah dituding sebagai gerakan makar.

"KPU dan Bawaslu bahkan sudah menjelaskan tagar ini merupakan salah satu bentuk kebebasan berekspresi. Polisi bukan lah wasit dalam Pemilu, jadi tidak perlu menyebutkan gerakan itu menyalahi kampanye. Permasalahan muncul karena tagar ini mendapat respons positif di masyarakat," ucapnya.

Persoalan dalam perang tagar semakin diperuncing ketika dalam gerakan #2019GantiPresiden lebih laku dan lebih diterima masyarakat ketimbang gerakan #Jokowi2Periode.

"Pemerintah mulai panik melihat tagar (2019GantiPresiden) ini direspons, baik di media sosial maupun di tengah masyarakat. Mulailah adanya persekusi, mulai di Batam, ada persekusi di Riau, dan Pekanbaru," tuturnya. 

Andre berpendapat, permasalahan #2019GantiPresiden tidak akan terjadi bila masyarakat Indonesia dapat lebih siap dalam berdemokrasi.

Seharusnya, semua pihak juga dapat siap kalah dan siap menang dalam setiap pemilihan umum.

"Permasalahan ini sederhana jika kita siap berdemokrasi. Tapi ini karena kita tidak siap berdemokrasi, tidak siap kalah dan nampak segala cara dilakukan. Masalah tagar bermasalah karena ada ketidaksiapan, ketidakmampuan pihak penguasa bahwa tagar ganti presiden direspons lebih positif di tengah masyarakat," ujar Andre.

Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Indonesia New Media Watch, Agus Sudibyo, menilai, baik Jokowi maupun Prabowo sudah memiliki pendukung yang sulit untuk diubah pilihan politiknya, baik dengan model kampanye di media sosial maupun kampanye di dunia nyata.

"Perang tagar, perang hoax, malah membuat para pendukung berkelompok. Ini adalah Echo Chamber effect yang sudah terjadi," kata Agus Sudibyo.

Sementara itu, anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Zuhairi Misrawi menilai gerakan #gantipresiden rawan ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu dari upaya mengganti presiden menjadi upaya mengganti sistem negara.

"Kami amati adanya disorientasi, adanya pihak-pihak yang menunggangi gerakan ini. Dari ganti presiden, menjadi ganti sistem. Kami khawatirkan menjadi bola liar menjadi seperti gerakan di Suriah. Ada pihak yang ingin menjadikan pertarungan yang terlalu jauh, dari ganti presiden menjadi ganti sistem," kata Gus Mis, sapaan Zuhairi Misrawi.

Oleh karena itu, lanjut dia, segala macam gerakan tagar harus dikembalikan pada rel pertarungan demokrasi yang dapat mendidik masyarakat.

Ia juga menilai perang tagar #2019GantiPresiden merupakan gerakan yang tidak mendidik masyarakat.

"Tagar ganti presiden tersebut tidak mendidik. Penggunaan kata presiden itu tidak lazim. Karena istilah yang dipakai tidak mendidik dan bisa menimbulkan salah tafsir," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com