Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ma'ruf Amin Targetkan Indonesia "Tinggal Landas" pada 2024

Kompas.com - 02/09/2018, 13:41 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden pendamping Joko Widodo, Ma'ruf Amin menginginkan Indonesia sudah menuju ke posisi yang lebih tinggi pada tahun 2024.

Ia menuturkan, kehadirannya sebagai cawapres Jokowi untuk memantapkan landasan-landasan pembangunan yang telah disiapkan Jokowi pada periode pemerintahan pertamanya.

"Yang saya inginkan, saya ingin membantu Bapak Presiden Jokowi untuk melanjutkan upayanya di dalam menyiapkan landasan. Beliau ini yang memantapkan runway-nya, di dalam rangka supaya Indonesia 2024, Indonesia melakukan tinggal landas," kata Ma'ruf dalam sambutannya di acara pembekalan caleg Partai Nasdem di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Minggu (2/9/2018).

Baca juga: Di Depan Caleg Nasdem, Maruf Amin Tegaskan Akan Dorong Ekonomi Kerakyatan

Ia menilai, kepemimpinan periode pertama Jokowi sudah efektif.

Jokowi dinilainya sudah mampu bergerak cepat selama tiga tahun, khususnya menyangkut pembangunan infrastruktur.

Oleh karena itu, kata Ma'ruf, Jokowi layak diberikan kesempatan kedua untuk melanjutkan agenda pembangunan berikutnya, khususnya menyangkut pembangunan karakter bangsa dan sumber daya manusia.

Baca juga: Maruf Amin Ingin Milenial Lanjutkan Kepemimpinan Nasional pada 2024

Ma'ruf menyoroti dua hal.

Pertama, ia ingin masyarakat Indonesia tak berkonflik terkait persoalan ideologi. Ia mengingatkan, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah disepakati bersama sebagai pedoman berbangsa dan bernegara.

"Saya membantu (Jokowi) untuk menerapkan Nawacita jilid dua, terutama agar negara ini pada tahun 2024 tidak lagi disibukkan konflik ideologis," ujarnya.

Hal itu guna memastikan agar Indonesia bisa lebih fokus mengembangkan diri ke arah yang lebih baik.

Baca juga: Maruf Amin Hadiri Pembekalan Caleg Nasdem

Di sisi lain, Ma'ruf juga ingin mendorong adanya arus baru ekonomi Indonesia.

Selama ini, ia melihat adanya ketimpangan yang cukup besar antara kaum kaya dan masyarakat biasa.

Ia ingin memastikan adanya kolaborasi bersama antara pengusaha dan masyarakat secara bersamaan.

"Karena arus lama itu neoliberal, melahirkan konglomerasi dengan menggunakan teori trickle down effect, netes ke bawah, tetapi ternyata tidak netes-netes ke bawah. Yang atas makin kuat yang bawah makin lemah," kata Ma'ruf.

Baca juga: Deddy Mizwar Harap Demokrat Hargai Keputusannya Jadi Jubir Jokowi-Maruf

Ma'ruf melihat kolaborasi pemberdayaan ekonomi diharapkan bisa menyempitkan kesenjangan seluruh lapisan masyarakat.

Selain itu, pemberdayaan juga diharapkan bisa memberikan nilai tambah bagi produk-produk lokal agar bisa bersaing secara global.

"Kemudian penguatan pemberdayaan melalui redistribusi aset, tanah, lahan yang ada di negara ini dibagikan kepada pengusaha kecil, koperasi-koperasi, pesantren, agar mereka tumbuh jadi pengusaha yang kuat," kata dia.

"Paling tidak saya ingin bangsa ini memiliki perilaku positif, agamis, dinamis, kreatif, santun, dan berkemajuan," sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bareskrim Proses Berkas TPPU Panji Gumilang, Segera Dikirim ke JPU

Bareskrim Proses Berkas TPPU Panji Gumilang, Segera Dikirim ke JPU

Nasional
Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas dan Perempuan

Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas dan Perempuan

Nasional
Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi 6,6 M

Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi 6,6 M

Nasional
Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Nasional
Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Nasional
Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Nasional
Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Nasional
KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

Nasional
Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Nasional
KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Nasional
Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Nasional
Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasional
Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Nasional
[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com