JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden (cawapres) pendamping Joko Widodo (Jokowi), Ma'ruf Amin mengakui masih adanya ketimpangan ekonomi dan sosial di kalangan masyarakat.
Hal itu disampaikan Ma'ruf saat memberikan pembekalan kepada caleg Partai Nasdem di Hotel Mercure, Jakarta, Minggu (2/9/2018).
Dia melihat sudah ada upaya mempersempit ketimpangan tersebut oleh Jokowi secara bertahap. Ke depan, Ma'ruf ingin adanya kolaborasi antara pelaku ekonomi yang kuat dengan masyarakat biasa.
Sebab saat ini, kata dia, distribusi kekayaan negara masih cenderung mengalir di kalangan elite ekonomi.
Baca juga: Maruf Amin Ingin Milenial Lanjutkan Kepemimpinan Nasional pada 2024
"Karena arus lama itu neoliberal. Melahirkan konglomerasi dengan menggunakan teori trickle down effect, netes ke bawah tapi ternyata tidak netes-netes ke bawah. Yang atas makin kuat yang bawah makin lemah," papar dia.
Ma'ruf melihat kolaborasi pemberdayaan ekonomi diharapkan bisa menyempitkan kesenjangan seluruh lapisan masyarakat.
Peran Jokowi
Menurut dia, Jokowi sudah mampu membangun perekonomian berbasis kemitraan. Dengan demikian, aliran kekayaan negara yang dikelola terdistribusi secara merata. Konsep pembangunan ekonomi berbasis kemitraan inilah yang akan ia kembangkan ke depannya.
"Upaya ini menghilangkan disparitas antara kelompok masyarakat yang kuat dan lemah, supaya tidak terlalu jauh, sehingga kita dekatkan. Disparitas antara daerah, tidak terlalu jauh dan disparitas produk lokal dan luar sehingga produk lokal bisa bersaing dengan produk global," kata dia.
Baca juga: Maruf Amin Hadiri Pembekalan Caleg Nasdem
Peluang itu dinilainya besar, mengingat Jokowi sudah gencar meningkatkan pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, Ma'ruf ingin adanya redistribusi aset lahan negara untuk dikelola oleh kelompok masyarakat yang lemah secara berkelanjutan.
"Sisa-sisa tanah lahan yang ada di negara ini dibagikan kepada pengusaha kecil, koperasi-koperasi, pesantren-pesantren, agar mereka tumbuh jadi pengusaha yang kuat," ujarnya.
Ma'ruf menegaskan tak perlu membenturkan masyarakat dengan ekonomi yang kuat dan lemah untuk menguatkan perekonomian. Cara tersebut dinilainya sudah tidak layak. Konsep kemitraan, kata dia, menghadirkan arus baru bagi pengembangan ekonomi nasional.
"Tidak 'mari bung rebut kembali', tapi kolaborasi melalui kemitraan-kemitraan, kolaborasi kekuatan ekonomi masyarakat dan kekuatan konglomerat. Ini yang saya maksud ekonomi arus baru indonesia, supaya kita bisa lebih bersaing dan memiliki nilai tambah," katanya.
"Paling tidak saya ingin bangsa ini memiliki perilaku positif, agamis, dinamis, kreatif, santun, dan berkemajuan," sambungnya.
Baca juga: Maruf Amin Yakin Bisa Gaet Santri Milenial
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.