Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Konflik Akibat Pemilu Terancam Meningkat karena Hoaks

Kompas.com - 29/08/2018, 23:59 WIB
Devina Halim,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Riset Polmark Indonesia Eko Bambang Subiantoro mengatakan maraknya hoaks semakin mengancam kerukunan masyarakat menjelang pemilu.

"Hoaks kan tidak berdiri tunggal, hoaks pasti punya tujuan tertentu, entah tujuannya itu memecah belah atau kepentingan untuk satu kontestasi politik maupun sosial," ujar Eko di Sofyan Hotel Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/8/2018).

"Sehingga kalau hoaks tidak diantisipasi sejak awal, akan menjadi salah satu sumber keretakan," sambungnya.

Baca juga: Jokowi Minta Kebiasaan Saling Fitnah, Ujaran Kebencian dan Hoaks Diakhiri

 

Menurut hasil olah data yang dilakukan oleh PolMark Research Center, terdapat 4,3 persen responden yang mengaku hubungan pertemanannya rusak karena Pilpres 2014.

Sementara itu, sebesar 5,7 persen responden yang mengatakan hubungan sosialnya terdampak akibat Pilkada Jakarta 2017.

Jumlah tersebut memang masih terbilang kecil. Namun, jika dibiarkan begitu saja potensi keretakkan hubungan akibat pemilu mendatang menjadi semakin besar.

"Kalau tidak punya kesadaran bersama untuk mengelola potensi konflik, keretakkan akan semakin membesar, apalagi selama hoaks masih berkembang dengan cukup luas," terang Eko.

"Potensi yang kecil itu bisa tereskalasi menjadi cukup besar," imbuh dia.

Baca juga: Wiranto: Penyebar Ujaran Kebencian dan Hoaks Tak Punya Rasa Memiliki Indonesia

Oleh sebab itu, Eko pun berharap seluruh pihak yang terlibat dalam kontestasi pemilu memiliki kesadaran dan mengambil tindakan untuk mencegah semakin besarnya potensi konflik tersebut.

Hasil tersebut didapat dari 73 survei yang dilakukan oleh Polmark Research Center di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, dan kota. Survei-survei tersebut dilakukan dalam rentang waktu 15 Januari 2016 hingga 11 Juni 2018.

Secara total, jumlah responden yang dilibatkan yaitu 66.530 orang. Metode pengambilan sampel yang diterapkan untuk seluruh survei tersebut adalah multistages random sampling.

Kompas TV Kapolri meminta masyarakat tidak percaya pada kabar hoaks, terkait ramalan adanya gempa yang lebih besar.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Soal Jokowi dan PDI-P, Projo: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Projo: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com