Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih Tak Ikut Tim Jokowi atau Prabowo, Ini yang Akan Dilakukan Mahfud MD

Kompas.com - 20/08/2018, 12:37 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menegaskan tak akan bergabung pada salah satu tim pemenangan pasangan capres dan cawapres pada Pemilihan Presiden 2019.

Hal itu disampaikannya saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (18/8/2018), di kediamannya, Sambilegi Baru, Sleman, Yogyakarta.

Pada Pemilihan Presiden 2014, Mahfud menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, yang bertarung melawan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Menjelang penentuan cawapres Jokowi, namanya disebut-sebut sebagai kandidat terkuat sebelum akhirnya Jokowi memilih Ma'ruf Amin.

Lalu, apa yang akan dilakukan Mahfud?

"Saya sudah nyatakan tidak akan ikut tim politik. Dua-duanya (Jokowi maupun Prabowo) tidak," kata Mahfud.

"Untuk tim ideologi kenegaraan, saya ikut Pak Jokowi karena saya duduk di BPIP (Badan Ideologi Pembinaan Pancasila). Ini kan bukan politik. Netral. Siapa pun presidennya, tetap jalan. Karena netral, saya tidak boleh ikut salah satu tim pemenangan. Itu yang terbaik. Rakyat silakan pilih yang terbaik," lanjut dia.

Ia mengatakan, kegiatan di BPIP akan tetap dijalaninya karena merupakan aktivitas rutin. Demikian pula mengajar di sejumlah kampus.

Sementara itu, saat ditanya mengenai apakah ada tawaran untuk bergabung dengan salah satu tim, Mahfud tak ingin membahasnya.

Ia kembali menegaskan, pilihan terbaik saat ini adalah tidak bergabung dengan tim mana pun.

Buka suara

Mahfud juga mengungkapkan alasannya buka suara terkait "keramaian" yang terjadi setelah Jokowi mengumumkan cawapres pilihannya.

Sebelumnya, informasi yang beredar menyebutkan pilihan akhir Jokowi adalah Mahfud MD. Jelang pengumuman cawapres Jokowi, Mahfud juga sudah berada di restoran tak jauh dari lokasi pertemuan Jokowi dan partai koalisi.

Ternyata, yang diumumkan Jokowi sebagai cawapres adalah Ma'ruf Amin.

Pada sebuah program televisi swasta, Mahfud mengungkapkan bahwa ia memang dihubungi oleh sejumlah orang di lingkaran Jokowi untuk mempersiapkan segala persyaratan terkait pendaftaran cawapres.

Ia memilih mengungkapkan semuanya karena ada informasi simpang-siur bahwa seolah-olah apa yang dilakukannya karena inisiatif pribadi. Mahfud menilai, ada yang harus diluruskannya.

"Saya sebenarnya sudah tidak mau ngomong. Stop. Tapi kemudian ada yang berbicara bahwa itu karena Pak Mahfud GR saja. Tidak begitu. Akhirnya saya berpikir, saya harus bicara. Setelah itu cukup, saya tidak bicara lagi," ujar Mahfud.

“Saya sudah terima itu sebagai realitas politik, saya sudah ikut proses. Jadi ya tidak apa-apa, saya ikhlas dan saya sudah bertemu dengan Presiden Jokowi,” kata mantan anggota DPR ini.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik Mahfud MD

Kompas TV Proses umrah, yakni Thawaf dan Sa'i berlangsung selama hampir 2 jam berjalan kaki di Masjidil Haram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com