Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hampir Semua Presiden RI Beretnis Jawa, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 13/08/2018, 17:49 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Ervan Hardoko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sejak merdeka pada 1945 hingga saat ini kursi presiden Republik Indonesia hampir selalu dipegang politisi berdarah Jawa.

Mulai dari Soekarno yang berasal dari Blitar, Soeharto dari Bantul, Abdurrahman Wahid dari Jombang, Megawati Soekarnoputri kelahiran Yogyakarta, Susilo Bambang Yudhoyono dari Pacitan, dan Joko Widodo asal Surakarta.

Satu perkecualian adalah saat BJ Habibie menjadi presdien menggantikan Soeharto yang mundur dari jabatannya pada 1998.

Hingga saat ini, pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan itu menjadi satu-satunya presiden Indonesia yang bukan beretnis Jawa.

Baca juga: Relawan GNR Dukung Gatot Nurmantyo sebagai Calon Presiden di Pilpres 2019

Apa yang menyebabkan dominasi etnis Jawa di kursi presiden Indonesia?

Dosen Departemen Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Mada Sukmajati menyebutkan, kondisi tersebut dipengaruhi dua hal besar.

“Itu terkait dengan parpol yang mencalonkan dan perilaku memilih masyarakat kita,” ujar Mada saat dihubungi Kompas.com Senin (13/8/2018) siang.

Mada menjelaskan, para elite partai politik masih menggunakan asumsi aliran atau perspektif sosiologis dalam mempertimbangkan proses pencalonan karena dinilai lebih efektif untuk mendulang suara.

Sementara masyarakat, khususnya kalangan muda, melihat sirkulasi kepemimpinan nasional dengan cara yang lebih rasional.

Mereka tidak lagi mendasarkan pilihian pada hal-hal yang bersifat sosiologis seperti asal atau etnis seorang calon pemimpin.

Sayangnya perilaku memilih masyarakat akhirnya dipaksakan untuk menggunakan perspektif yang sama dengan partai politik, yakni sudut pandang sosiologis.

“Pilihannya sudah ditentukan para elite parpol. Masyarakat akhirnya hanya memaksakan pertimbangan rasional dalam keterbatasan pilihan yang ada,” ujar Mada.

Melihat fakta kontestasi politik nasional saat ini, Mada berpendapat terjadi kesenjangan antara patai politik sebagai penghasil calon pemimpin dengan masyarakat sebagai pemilik suara.

“Jadi, kayaknya ada gap ini antara elite (golongan tua) dan rakyat (terutama golongan muda). Elite tua masih melihat pentingnya politik aliran, sedangkan rakyat muda melihat sirkulasi kepemimpinan nasional dengan cara yg lebih rasional,” tuturnya.

Padahal, menurut Mada para calon pemimpin yang berasal dari luar Jawa memiliki potensi yang sama besarnya untuk berada di jajaran eksekutif negara.

Hanya saja selama ini proses kaderisasi partai politik bagi calon yang berasal dari daerah belum berjalan optimal.

“Saya berpikir perlunya kita mengelola proses sirkulasi kepemimpinan, sepertinya harapan ada di sana ketimbang mengandalkan pada pelaksanaan fungsi rekruitmen dan kaderisasi parpol yang sejauh ini tidak menunjukkan hasil yang berarti,” kata Mada.

Baca juga: Belum Jelas, Mekanisme Cuti Kampanye untuk Calon Presiden Petahana

Di akhir penjelasannya, ia memberikan pernyataan bahwa proses politik yang terjadi selama ini merupakan penyempitan dari tiga dimensi politik menjadi satu tema besar, yaitu politik aliran.

“Dimensi popularitas, elektabilitas, dan akseptabilitas akhirnya disempitkan ke tema politik aliran (termasuk politik identitas) ketimbang kinerja,” pungkasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Majelis Syariah PPP Ingatkan Semangat Merangkul Mbah Moen

Majelis Syariah PPP Ingatkan Semangat Merangkul Mbah Moen

Nasional
Bus Jemaah Haji Indonesia Telat Menjemput, Cak Imin: Ini Harus Jadi Perhatian Kita Semua

Bus Jemaah Haji Indonesia Telat Menjemput, Cak Imin: Ini Harus Jadi Perhatian Kita Semua

Nasional
KPK Dalami Informasi Terkait Harun Masiku dari Pemeriksaan Hasto

KPK Dalami Informasi Terkait Harun Masiku dari Pemeriksaan Hasto

Nasional
Ini Jadwal Lontar Jumrah Jemaah Haji Indonesia, Ada Waktu Larangan

Ini Jadwal Lontar Jumrah Jemaah Haji Indonesia, Ada Waktu Larangan

Nasional
Kepada Para Jemaah Haji, Cak Imin Minta Mereka Bantu Doakan Indonesia

Kepada Para Jemaah Haji, Cak Imin Minta Mereka Bantu Doakan Indonesia

Nasional
Panglima TNI Ungkap Cerita Para Prajurit yang Hampir Putus Asa Jelang Terjunkan Bantuan Airdrop di Gaza

Panglima TNI Ungkap Cerita Para Prajurit yang Hampir Putus Asa Jelang Terjunkan Bantuan Airdrop di Gaza

Nasional
Ponsel Hasto dan Buku Penting PDI-P Disita KPK, Masinton: Dewas Harus Periksa Penyidiknya

Ponsel Hasto dan Buku Penting PDI-P Disita KPK, Masinton: Dewas Harus Periksa Penyidiknya

Nasional
Soroti Permasalahan Konsumsi Jemaah Haji, Cak Imin Usulkan Pembentukan Pansus

Soroti Permasalahan Konsumsi Jemaah Haji, Cak Imin Usulkan Pembentukan Pansus

Nasional
KPK Kembali Periksa Eks Kepala Bea Cukai Makassar, Dalami Kepemilikan dan Perolehan Harta

KPK Kembali Periksa Eks Kepala Bea Cukai Makassar, Dalami Kepemilikan dan Perolehan Harta

Nasional
Angkasa Pura I dan II Merger, Ini Bandara Terbaik Menurut Pembaca Kompas.com

Angkasa Pura I dan II Merger, Ini Bandara Terbaik Menurut Pembaca Kompas.com

Nasional
6 Rekomendasi Glamping Terbaik di Indonesia untuk Liburan Makin Seru

6 Rekomendasi Glamping Terbaik di Indonesia untuk Liburan Makin Seru

Nasional
Sebulan Operasional Haji, 11,8 Juta Boks Katering Dinikmati Jemaah Indonesia

Sebulan Operasional Haji, 11,8 Juta Boks Katering Dinikmati Jemaah Indonesia

Nasional
Periksa Gus Muhdlor, KPK Dalami Penerimaan Uang untuk Kepentingan Politik

Periksa Gus Muhdlor, KPK Dalami Penerimaan Uang untuk Kepentingan Politik

Nasional
Gaspol! Hari Ini: Kasus Harun Masiku Kelas Teri, tapi Efeknya Dahsyat!

Gaspol! Hari Ini: Kasus Harun Masiku Kelas Teri, tapi Efeknya Dahsyat!

Nasional
Panglima Agus Sebut Rumah Sakit Lapangan TNI yang Akan Dibangun di Gaza Bisa Tampung 100 Pasien

Panglima Agus Sebut Rumah Sakit Lapangan TNI yang Akan Dibangun di Gaza Bisa Tampung 100 Pasien

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com