Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sahabat tentang Perjalanan Gus Dur Menentang Orde Baru

Kompas.com - 26/07/2018, 06:37 WIB
Yoga Sukmana,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - "Mereka seperti kumpulan orang aneh yang mengambil opsi untuk melawan kekuasan Orde Baru Soeharto."

Kalimat itu diungkapkan sastrawan Floribertus Rahardi untuk menggambarkan perjuangan tokoh Nahdlatul Ulama, Abdurrahman Wahid, bersama sejumlah sahabatnya.

Perjalanan pria yang akrab disapa Gus Dur saat berjibaku merintis tegaknya demokrasi di Indonesia itu diungkap ke publik oleh sahabatnya, sekaligus mantan Pejabat Sementara Sekretaris Negara Bondan Gunawan.

Melalui bukunya, Hari-hari Terakhir bersama Gus Dur (2018), Bondan Gunawan menceritakan persahabatannya dengan Presiden ke-4 RI itu. 

"Saya pribadi ingin mengungkapan beberapa hal yang mungkin masih menjadi cerita berkabut," tulis Bondan di awal buku tersebut.

Baca juga: Cerita Orang Dekat tentang Kemampuan Gaib Gus Dur

Buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas itu diluncurkan di Museum Nasional, Jakarta pada Rabu (25/7/2018).

Saat memberikan sambutan, Bondan mengungkapan bahwa bukunya menceritakan perjuangannya bersama Gus Dur, mulai dari membentuk Forum Demokrasi (Fordem) pada 3 April 1991.

Di bagian bukunya, Bondan juga menceritakan sejumlah langkah politik hingga Gus Dur dapat merangkul kelompok minoritas.

Sebagai mantan Pejabat Sementara Sekretaris Negara, Bondan juga menceritakan perjuangan bersama Gus Dur di dalam pemerintahan. Salah satunya yakni cerita saat berdialog dengan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka pada Maret 2000.

Tak hanya itu, buku Hari-hari Terakhir bersama Gus Dur juga mengungkapan kesan Bondan tantang tumbangnya kekuasaan cucu dari pendiri NU Hasyim Asy'ari tersebut.

Bahkan, Bondan juga mengungkapkan aktivitas Gus Dur setelah tak lagi menjadi orang nomor satu di Indonesia.

"Saya harap agar buku ini dapat menjadi bacaan generasi muda.  Kami berangkat dari kelompok yang berbeda, tetapi ketika kami bicara negera ini dikuasai oleh kekuatan tertentu, tidak ada perbedaan itu. dalam hal ini, kami jelas berbeda tetapi demi satu cita cita kami satu," kata Bondan.

Kompas TV Tepat delapan tahun, presiden ke empat RI, Abdurrahman Wahid berpulang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com