Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada 2018, Bawaslu Soroti Masih Adanya Persoalan Data Pemilih

Kompas.com - 28/06/2018, 04:46 WIB
Reza Jurnaliston,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Badan Pengawas Pemilu RI, Mochammmad Afifuddin mengatakan, persoalan data pemilih masih banyak ditemukan saat pemungutan suara Pilkada Serentak 2018, Rabu (27/6/2018).

Menurut Afifuddin, persoalan data pemilih terjadi karena dua sisi, baik kendala teknis dalam proses pencocokan dan penelitian (coklit), atau terkait tingkat keaktifan masyarakat.

"Artinya dari sisi pemilih juga harus ada partisipasi aktif jelang pileg dan pilpres nanti. Sehingga data pemilih jadi lebih akurat, lebih banyak lagi data masyarakat yang sudah sah dan bisa jadi pemilih," kata Afifuddin saat ditemui di Kantor Bawaslu RI, Jakarta, Rabu (27/6/2018).

Afifuddin mengatakan, persoalan data pemilih seperti adanya warga yang berhak memilih namun tidak ada dalam daftar; hingga warga yang seharusnya tidak berhak memilih baik sudah meninggal, pindah, tidak diketahui keberadaanya, namun masih terdaftar di daftar pemilih.

Bahkan, kata Afifuddin, di beberapa daerah juga masih ada orang yang harus mengurus surat keterangan secara mendadak.

Di sisi lain, terkait masih ditemukan data pemilih ganda. Karena itu, Afifuddin meminta semua pihak untuk bekerja sama menyelesaikan persoalan data pemilih.

"Saya kira ini jadi pekerjaan tidak hanya KPU, termasuk juga di dukcapil (dinas pendudukan dan pencatatan sipil) untuk memastikan data pemilih," kata Afifuddin.

"Sehingga tidak ada orang yang terdata atau sudah pindah masih punya C6 (surat pemberitahuan) misalnya. Orang yang sudah pindah masih punya DPT di dua tempat," ujarnya.

Lebih lanjut, Afifuddin menyarankan pihak terkait seperti KPU dan dukcapil untuk mencari solusinya bersama.

"Saya kira apa yang dulu pernah kami rekomendasikan termasuk membuatkan semacam tim bersama, baik dari KPU maupun dari Dukcapil termasuk dari kami untuk turun bersama," kata dia.

Kompas TV Simak bahasannya bersama peneliti Litbang Kompas, Sultani, berikut ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com