Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Jokowi Menyebut KKP dan Bakamla Mendapat 'Disclaimer' dari BPK...

Kompas.com - 04/06/2018, 13:30 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) alias 'disclaimer' atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dua kementerian/ lembaga tahun 2017.

Dalam acara penyerahan Laporan Hasil Keuangan (LHP) dari BPK ke Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Senin (4/6/2018) pagi, Presiden Jokowi pun blak-blakan mengenai dua kementerian/ lembaga yang laporan keuangannya dinilai belum akuntabel sesuai standard oleh BPK.

"Yang mendapatkan TMP atau disclaimer menurun. Pada 2016 ada 6 (kementerian/lembaga). 2017 masih ada dua. Itu siapa? Satu, KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). Dua, Bakamla (Badan Keamanan Laut)," ujar Jokowi di acara tersebut.

"Sekarang harus disebut begitu. Sekarang buka-bukaan saja. Kalau enggak disebut begitu, nanti..," Jokowi tidak melanjutkan kata-katanya.

Baca juga: BPK Temukan Belanja Pemerintah Tidak Sesuai Ketentuan pada Laporan Keuangan 2017

Setelah terdiam sejenak, Jokowi pun mengungkapkan harapannya supaya laporan keuangan seluruh kementerian/ lembaga akuntabel sesuai standard BPK sehingga tidak ada lagi yang masih mendapat opini TMP atau Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

"Kita harapkan tahun depan tidak ada lagi yang TMP, syukur tidak ada lagi yang WDP. Syukur-syukur WTP semua. Sekali lagi saya harap jumlah entitas yang WTP bertambah, yang mendapatkan WDP dan TMP hilang," ujar Jokowi.

Ia meminta kementerian/lembaga yang masih meraih opini WDP dan TMP atas laporan keuangannya terus berbenah diri dengan melakukan terobosan.

Pada penghujung pidatonya, Presiden Jokowi sekaligus mengingatkan supaya kementerian/ lembaga memaksimalkan pengelolaan keuangan negara.

Baca juga: BPK Temukan Penyimpangan Belanja Pegawai Tahun 2017 Sekitar Rp 19 Miliar

"Saya tak akan pernah bosan mengingatkan agar kita semuanya benar-benar memperbaiki, menjaga, dan benar-benar memaksimalkan pengelolaan uang negara, uang rakyat. Ini adalah tanggung jawab kita terhadap konstitusi dan negara serta pertanggungjawaban kita terhadap rakyat bahwa yang namanya uang negara, uang rakyat harus digunakan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat dan dibersihkan dari tangan-tangan kotor," ujar Jokowi.

Di sisi lain, Presiden Jokowi juga mengapresiasi naiknya jumlah kementerian/ lembaga yang meraih opini WTP. Diketahui, BPK memberikan opini WTP ke 80 Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara.

Jumlah ini meningkat 7 persen dibandingkan tahun lalu. Diketahui, jumlah Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara tahun 2016 yang meraih predikat WTP, yakni berjumlah 74.

 

Kompas TV Badan Pemeriksa Keuangan akan melakukan audit lanjutan terhadap kebijakan impor beras Kementerian Perdagangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com