Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlilit Utang, Seorang Dokter Beri Modal Cetak Uang Palsu

Kompas.com - 18/04/2018, 16:16 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri menangkap empat pelaku pembuatan dan penyebaran uang palsu pecahan Rp 100.000. Para pelaku berinisial AP, AK, AD, AM.

Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Kombes Pol Daniel Tahi Monang Silitonga mengatakan, kelompok mereka dimodali oleh AP yang berprofesi sebagai dokter.

"Inisial AP berprofesi sebagai dokter umum," ujar Daniel dalam keterangannya, Rabu (18/4/2018).

AP ditangkap di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, bersama AK. Sementara AD dan AM ditangkap di Pandeglang.

AD pernah divonis lima tahun penjara pada 2010 dalam kasus yang sama.

Daniel mengatakan, AP bersedia menjadi pemodal pembuatan uang palsu karena terlilit utang.

"Mencari keuntungan ekonomi berupa uang karena dia terlilit utang," kata Daniel.

Uang palsu tersebut dijual dengan perbandingan 1:3, yakni selembar Rp 100.000 asli ditukar dengan tiga lembar Rp 100.000 palsu.

Dari tangan pelaku yang ditangkap di Stasium Gambir, polisi menyita 600 lembar uang rupiah palsu pecahan Rp 100.000, satu unit ponsel, serta satu unit sepeda motor beserta STNK dan kuncinya.

Dalam pengembangan, diketahui uang palsu itu dicetak oleh AD dibantu AM. Polisi kemudian menangkap AD dan AM serta menyita alat membuat uang palsu.

Daniel mengatakan, AP menyerahkan uang tunai sebesar Rp 250 juta untuk membuat uang palsu kepada AK. Uang tersebut diserahkan AK kepada AD.

Polisi masih mengejar satu pelaku lain yang masih buron.

Adapun pasal yang dikenakan kepada tersangka yakni Pasal 36 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan pasal 37 UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang 30 serta Pasal 55 KUHP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com