Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ericssen
Pemerhati Politik

Pemerhati Politik Amerika, Politik Indonesia, dan Politik Elektoral

Menimbang Cawapres untuk Jokowi

Kompas.com - 10/04/2018, 18:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tidaklah mengherankan jika PDI-P, menurut sumber penulis, lebih menginginkan sosok teknokrat senior yang tidak akan mencapreskan diri di 2024.

Memilih teknokrat seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menko Perekonomian Darmin Nasution atau mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD adalah pilihan yang cukup aman bagi PDI-P.

Bagi Jokowi sendiri, memilih sosok teknokrat yang independen alias tidak terafiliasi dengan parpol dapat menjadi opsi kompromi yang lebih mudah diterima semua parpol koalisi seperti ketika SBY memilih Boediono di pilpres 2009. Jika isu ekonomi menjadi isu prioritas kampanye, Sri Mulyani atau Darmin akan menjadi calon terdepan.

Pilihan aman

Memilih pendamping politik bukan hal yang mudah. Jokowi tentu sangat menyadari ini. Salah memilih bisa berakibat fatal. Salah memilih sering terjadi bahkan di pemilu AS.

Masih segar di ingatan ketika John McCain memilih Sarah Palin secara mendadak tanpa proses vetting yang komprehensif. Hasilnya, Palin menjadi bulan-bulanan media karena sejumlah blunder dan pertanyaan mengenai kompetensinya.

Ada juga capres yang mengakui penyesalan terhadap pilihannya. John Kerry, capres Partai Demokrat di Pilpres 2004 menyesal telah memilih Senator John Edwards sebagai pendampingnya. Bahkan, kedua politisi yang dikalahkan petahana George W Bush itu berhenti saling berbicara setelah pilpres usai.

Jokowi diprediksi akan memilih sosok yang "safe" atau aman secara elektoral. Jokowi tidak akan memilih sosok mengejutkan dari antah-berantah apalagi yang minim pengalaman politik.

Penulis memperkirakan Jokowi akan lebih memprioritaskan sosok yang cukup dikenal luas publik dengan elektabilitas yang mendukung, tidak kontroversial, tidak memiliki potensi skandal, berpengalaman secara politik, memiliki kemampuan kampanye yang mumpuni dan tidak terlalu ambisius.

Di sinilah proses vetting yang ketat sangat krusial untuk memastikan tidak ada "kejutan" yang berpotensi melukai kampanye.

Walau konsisten memimpin survei dengan tingkat kepuasan atau approval rating sekitar 70 persen, Jokowi masih kesulitan untuk mempertahankan angka elektabilitas 50 persen plus yang merupakan benchmark untuk mengamankan periode kedua.

Rata-rata elektabilitas Jokowi bergelantungan di titik 45 persen hingga 50 persen. Jika angka ini tidak kunjung meningkat memasuki pertengahan tahun, Jokowi kemungkinan akan memilih pilihan yang "safe" dengan elektabilitas tinggi untuk mendongkrak potensi kemenangannya.

Menurut analisis penulis serta informasi dari sejumlah sumber, ada lima nama yang kemungkinan menjadi pilihan terdepan di shortlist cawapres Jokowi. Mereka adalah Moeldoko, Mahfud MD, Cak Imin, Airlangga Hartarto, dan Sri Mulyani.

Apakah satu dari nama-nama ini akhirnya akan menjadi pilihan Jokowi? Situasi politik hingga Agustus akan menentukan.

ERICSSEN Nama-nama yang Berpotensi Menjadi Calon Wakil Presiden bagi Jokowi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com