JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah penetapan status kejadian luar biasa (KLB) akibat wabah campak dan gizi buruk di Asmat, pemerintah terus melakukan pendampingan terhadap masyarakat Asmat selama satu tahun ke depan.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani menjelaskan, persoalan pola hidup yang tak beraturan dan tidak sehat harus segera diubah secara perlahan melalui pendampingan.
Selain itu, pemerintah juga harus melakukan sejumlah peningkatan kualitas infrastruktur di Asmat, seperti rumah sakit, sekolah, dan saluran air bersih.
"Kami akan selalu melakukan pendampingan dan evaluasi setelah enam bulan dan akhir tahun sehingga ini tidak kami tinggalkan begitu saja," ujar Puan dalam acara seusai Seminar Nasional dalam Rangka Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional bagi Prof Dr M Sardjito, MPH di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Baca juga: Cerita Menteri Puan tentang Beratnya Menempuh Perjalanan ke Asmat
Puan mengungkapkan, pendampingan dilakukan sejumlah tim yang terdiri dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Pertanian.
"Sebab, kalau cuma kasih saja kemudian tidak akan dipergunakan. Kenapa? Mereka tidak terbiasa dengan apa yang kami berikan. Dikasih minyak goreng enggak pernah mau masak," ujarnya.
Penggunaan air juga harus diperhatikan. Puan tak ingin persediaan air bersih yang sudah disediakan tidak digunakan.
Ia juga mengungkapkan keheranannya ketika kepiting dan kerang yang kaya protein melimpah tak bisa dimanfaatkan masyarakat setempat secara maksimal akibat sulitnya akses.
Baca juga: Merelokasi Warga Asmat?
"Saya tanya, 'Kalau ini kalian makan setiap hari, seharusnya enggak ada kekurangan gizi karena proteinnya itu tinggi.' Kemudian jawabnya, 'Tidak mau, capek, Ibu, kalau saya harus cari makanan seperti ini setiap hari, Ibu'," cerita Puan.
Persoalan bahasa dengan ragam dialek pun kerap kali menyulitkan pemerintah dalam melakukan edukasi dan sosialisasi terhadap masyarakat. Ia ingin agar Kemendikbud bisa menyusun strategi edukasi dan sosialisasi yang mudah dimengerti.
"Ibu, setiap hari anaknya dikasih susu berapa hari? Dia jawab, 'Tidak dapat susu.' 'Lho, ini yang Ibu minum susu,' saya bilang begitu. 'Bukan susu Ibu, ini minuman putih.' Ini bagaimana jelaskannya karena enggak mengerti bahasanya," ungkapnya.
Oleh karena itu, Puan kembali menekankan pentingnya peningkatan infrastruktur dan edukasi kepada masyarakat di Asmat agar bisa memperoleh kualitas hidup yang lebih baik.