Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut CSIS, Elektabilitas Dua Paslon di Jabar Ini Berpeluang Naik

Kompas.com - 05/02/2018, 22:09 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte mengatakan, masih sangat terbuka peluang pasangan calon Sudrajat-Ahmad Syaikhu dan TB Hasanuddin-Anton Charliyan untuk meningkatkan elektabilitasnya.

Berdasarkan survei opini publik yang dilakukan oleh Cyrus Network, kedua pasangan calon (paslon) tersebut memiliki tingkat keterpilihan rendah.

Sudrajat-Syaikhu baru mengantongi elektabilitas 5 persen. Sedangkan TB Hasanuddin-Anton Charliyan malah lebih rendah lagi 2,5 persen.

"Untuk paslon yang masih sedikit dukungannya tadi dengan popularitas 28,4 persen (Sudrajat-Syaikhu) dan 25,3 persen (Hasanuddin-Anton), tetapi efisiensi sudah lebih dari 90 persen. Jadi ini sebetulnya ruang menambah elektabilitas sangat mungkin," kata Philips dalam paparan survei Cyrus Network, Jakarta, Senin (5/2/2018).

Philips lantas mencontohkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat pencalonan Pilpres 2004. Dalam sejumlah survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga, elektabilitas SBY saat itu hanya di kisaran 7 persen.

(Baca juga: Cyrus Network: Ridwan Kamil Masih Jadi Top of Mind Pemilih Jabar)

"Tetapi karena kampanyenya yang efektif dan efisien, dia bisa menang," kata Philips.

Di sisi lain, kata Philips, tingkat kemantapan responden yang disurvei Cyrus Network masih rendah di level 30,3 persen.

"69,7 persen bilang pilihannya masih bisa berubah, masih goyah. Dan perlu diketahui pemilih Jabar ini adalah pemilih yang paling mudah pindah ke lain hati," kata Philips.

Buktinya, dalam pemilihan legislatif 1999 PDIP menang sebagai peraih suara terbanyak. Namun lima tahun berikutnya, Golkar yang menguasai perolehan suara di Jabar.

Tahun 2009 giliran Demokrat yang menjadi jawara di Jabar, dan 2014 Gerindra yang memimpin.

Lebih lanjut Philips menambahkan, saran bagi kandidat untuk dapat meraup suara di Jabar adalah konsentrasi pada basis-basis konstituen. Sebab, Jabar adalah wilayah yang sangat variatif dan memiliki banyak subkultur.

"Segala sesuatu masih mungkin. Persis Pilkada 2012, berbagai survei tertinggi Dedi Yusuf. Tetapi ternyata suara pindah dan dia kalah. Peluang besar masih untuk semua calon," pungkas Philips.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com