Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Integritas, PR Sekolah-sekolah Zaman "Now"

Kompas.com - 05/12/2017, 14:16 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Karakter integritas dinilai masih menjadi pekerjaan rumah di sekolah-sekolah.

Hal tersebut disampaikan Staf Ahli Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ananto Seto Kusumo di acara peluncuran buku berjudul Mengajar untuk Perubahan di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta, Selasa (5/12/2017).

"Di sekolah-sekolah urusan integritas jadi PR yang luar biasa," kata Ananto.

Ananto berharap buku Mengajar untuk Perubahan ini bisa menginspirasi guru-guru untuk menghadapi anak didik zaman sekarang yang menurut dia ada yang "terpapar polusi" integritas.

Dia menyatakan, sebenarnya yang mesti bertanggung jawab ketika anak menjadi tidak berintegritas adalah "dua guru besarnya". Dua guru besar anak itu adalah orangtua dan guru sekolah.

Dari sisi orangtua, menurut dia, bisa jadi orangtua zaman sekarang tidak punya bekal untuk mengantar anaknya bagaimana menjadi manusia yang berintegritas.

Karena kesibukan pekerjaan, orangtua hanya sepenuhnya menyerahkan urusan pendidikan anak kepada sekolah.

"Karena orangtua sekarang pergi pagi, apalagi di Jakarta, pukul 5 pagi sudah pergi. Anak itu (akhirnya) urusan sekolah, bukan saya, dengan membayar, dititipkan, enggak bisa (begitu)," ujar Ananto.

Dari sisi guru, lanjut dia, PR besar Kemendikbud ialah meningkatkan kualitas para guru. Pihaknya menyatakan tak akan lelah dalam hal tersebut.

"Jadi, intinya bagaimana kita menciptakan guru zaman now karena yang dididik juga anak zaman now," ujar Ananto.

Menurut dia, bukan jaminan seseorang yang menempuh pendidikan tinggi kemudian akan menjadi orang yang berintegritas.

Hal tersebut berkaca dari fakta bahwa tak sedikit mereka yang berpendidikan tinggi terjerat kasus korupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Kata kasarnya seperti ini, tidak ada jaminan semakin tinggi sekolah itu semakin berintegritas, bergantung pada sistem yang ada di masing-masing itu," ujarnya.

Untuk mengetahui mengapa mereka yang berpendidikan tinggi tersandung korupsi, dia menilai, perlu diketahui asal perguruan tinggi yang bersangkutan.

"Sehingga bisa dapat kesimpulan, oh, perguruan tinggi ini paling banyak melahirkan itu. Baru dilihat kenapa perguruan tinggi itu, kok, melahirkan banyak orang itu, oh pantes, sistemnya kayak begitu," katanya.

Pelaksana Harian Deputi Pencegahan KPK Cahya mengatakan, menjadi guru bukanlah tugas yang mudah. Guru harus menjadi teladan dengan membagi ilmunya kepada murid yang diajar.

"Kita perlukan suatu pendidikan yang bisa mengubah ke arah lebih baik. Sebab, pendidik tidak sekedar mentransformasikan pengetahuan, tetapi juga hal-hal baik yang dilakukan oleh yang dididik," ujar Cahya.

Adapun buku Mengajar untuk Perubahan diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi guru-guru untuk mengajarkan pendidikan antikorupsi di sekolah.

Sedianya acara tersebut dihadiri Ketua KPK Agus Rahardjo serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Namun, kedua pihak berhalangan hadir pada acara tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com