JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meminta semua pihak agar tidak lagi ribut-ribut soal pemutaran film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI (1984) dan pembelian senjata oleh institusi non-militer.
"Kita harus prioritaskan apa yang kita buat bersama. Pemerintah juga tak sempurna. Tak (perlu) ribut macam-macam, ribut senjata, ribut nonton film. Kita masih banyak kekurangan terus terang," kata Kalla di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (4/10/2017).
Kalla pun mengajak semua pihak untuk melakukan hal-hal yang lebih produktif dan kontributif bagi bangsa dan negara, daripada harus memperdebatkan dua persoalan tersebut.
"Penting sejarah, jadi perbaikan ke depan. Tapi kita perlu tindakan, agar dewasa ini mencapai apa yang kita harapkan," ujar dia.
(Baca: Jokowi Tunjuk Lawan Politiknya Sengaja Ciptakan Isu Daya Beli Menurun)
Apalagi, kata Kalla, sejak zaman Presiden Soekarno sampai saat ini sandang dan pangan masih menjadi persoalan bagi Indonesia. Hal ini berbeda dengan negara tetangga Indonesia yakni Malaysia dan Thailand misalnya.
"Bung Karno bicara sandang pangan, Seoharto bicara sandang pangan, sampai sekarang kita masih bicara sandang pangan," ujar Kalla.
"Baru satu selesai (persoalan) pangan, kita masih ada (persoalan) cabai keriting, bawang, beras, gula. Di Malaysia dan Thailand itu tak bicarakan lagi. Masih banyak kekurangan kita," lanjut dia.
Kalla pun menambahkan, saat ini banyak yang perlu dibenahi oleh Pemerintah, misalnya menyelesaikan persoalan ketimpangan ekonomi. Hal itu agar Indonesia bisa menjadi negara yang maju.
"Setelah China hebat dengan penduduk 1,4 miliar, tidak ada lagi yang bisa kita katakan Singapura maju karena kecil. Ternyata yang besar bisa maju apalagi yang menengah. Kita mestinya bisa maju," kata dia.
"Banyak hal harus kita perbaiki dari perkembangan negara lain. Paling penting inovasi dan semangat. Bagaimana menguatkan ekonomi itu. Memajukan semangat entrepreneurship untuk maju sehingga kita tak selalu tangah di bawah," tutup Kalla.