Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setya Novanto Tersangka, Apa yang Sebaiknya Dilakukan Golkar?

Kompas.com - 18/07/2017, 13:55 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas Feri Amsari menilai, Partai Golkar seharusnya segera mengambil langkah politik dengan mengganti Setya Novanto dari jabatan Ketua Umum.

Hal ini, menurut dia, perlu dilakukan setelah Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Novanto sebagai tersangka dalam kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara sebesar Rp 2,3 triliun.

"Ada baiknya internal Golkar memberikan posisi sebagai Ketua Umum kepada kader lain yang terbaik dalam mengelola partai," ujar Feri, dalam konferensi pers sikap kelompok sipil di Sekretariat ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (18/7/2017).

Ia mengatakan, menjelang tahun politik, 2018 dan 2019, Golkar harus mempersiapkan strategi untuk meraih suara, baik di Pilkada Serentak 2018 maupun Pemilu 2019.

Menruut dia, Golkar tak mungkin melewati dua tahun politik tersebut dengan kepemimpinan yang cacat hukum.

"Mempertahankan Setya Novanto sebagai Ketua Umum Golkar akan semakin memperumit keadaan internalnya sendiri," ujar dia.

Feri mengatakan, jika Novanto dilengserkan terlebih dahulu dari Partai Golkar, maka bisa menjadi pintu masuk menggantinya dari jabatan Ketua DPR RI.

Berdasarkan Pasal 87 ayat (1) UU MD3, pimpinan DPR RI dapat diberhentikan karena tiga hal, yakni meninggal dunia, mengundurkan diri, atau diberhentikan.

Ketentuan "diberhentikan" diatur lebih lanjut dalam ayat (2) bahwa pimpinan DPR dapat diberhentikan apabila diusulkan oleh partai politik tempat dia bernaung.

"Jalan menghentikan Setya Novanto di DPR harus melalui Partai Golkar dulu. Golkar pun harus menyadari itu. Tanpa sikap tegas, posisi itu akan menjadi bulan-bulanan partai lain karena Novanto pasti sibuk menghadapi proses hukum," ujar Feri.

Kompas TV Ketuanya dijadikan tersangka oleh KPK, Partai Golongan Karya pun bereaksi. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com