Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Aksi Kamisan ke-493, Sumarsih Tidak Lelah

Kompas.com - 22/05/2017, 18:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

Aksi unjuk rasa menuntut keadilan di bidang hukum hak asasi manusia yang dipimpin Nyonya Sumarsih (64) di depan Istana Merdeka, Jakarta, hari Kamis 18 Mei 2017 lalu, menginjak Kamis ke-493.

"Nanti tanggal 27 Juli 2017 mendatang aksi kami ini akan menginjak aksi ke-500," ujar Sumarsih di tengah puluhan pengunjuk rasa, di depan Istana Merdeka, Kamis (18/5/2017) lalu.

Sumarsih adalah ibu dari almarhum Wawan atau Norwan Wirawan, mahasiswa yang meninggal dunia dihantam peluru senjata api dalam aksi unjuk rasa yang terkenal dengan Tragedi Semanggi I tanggal 11-13 November 1998.

Aksi unjuk rasa ke-493 itu antara lain dihadiri para mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Indonesia, pakar sosial asal Amerika Serikat Elizabeth Dexler, serta para aktivis unjuk rasa Kamisan, seperti Savic Ali (aktivis 98, pengurus departemen media Nahdlatul Ulama dan Direktur NU Online), Taufik Basari, dan Fredy Ulemlem (dari Maluku Utara).

"Terima kasih telah hadir, kini sudah 19 tahun Soeharto lengser, tapi kroni-kroninya semakin kokoh dalam kekuasaan," begitu kata Sumarsih dalam percakapan dengan para wartawan pekan lalu.

Selain banyak mengecam pemerintahan Presiden Joko Widodo, Ny Sumarsih saat ini berkata, sampai tiga tahun setengah lebih ini dia baru 20 kali absen atau tidak hadir mengikuti atau memimpin aksi Kamisan tersebut. Ia sangat ingat sekali alasan kenapa 20 kali tidak hadir.

"Di antaranya adalah hari aksi itu bertepatan dengan acara doa memperingati meninggalnya Wawan dan merayakan syukur atas kemenangan Jokowi menang dalam pemilihan Presiden tahun 2014," kata Ny Sumarsih.

Tapi, kata Sumarsih, ternyata sulit untuk memercayai seratus persen kepada penguasa di negeri ini dalam soal penegakan hukum yang berkaitan dengan hak asasi manusia.

"Seperti Saudara Savic, saya juga begitu, setelah Wawan ditembak, saya tidak pernah ikut mencoblos dalam setiap pemilihan para pemimpin bangsa dan negeri ini. Baru tahun 2014 saya nyoblos gambar Pak Jokowi," ujarnya sambal menyampaikan penyesalannya setelah itu.

Dalam aksi ke-493, Fredy Ulemlem dari Talibu, Maluku Utara, di awal orasinya mengatakan, walau saat ini para pengunjuk rasa ada di luar cukup jauh dari Istana Kepresidenan, tapi sebenarnya istana itu bukan milik penguasa atau presiden.

"Kita ini rakyat pemilik dari istana itu. Kalau tadi kami dari Maluku dilarang untuk unjuk rasa ikut dalam aksi Kamisan ini, maka saya ingatkan apa yang pernah dikatakan Bung Karno, yakni tanpa Maluku tidak ada Indonesia dan begitu pula tidak ada Indonesia maka tidak ada Maluku," ujar aktivis dari Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Ambon tersebut.

Ia juga mengingatkan sulitnya menegakkan hukum saat ini karena masih banyak tokoh pemerintahan Orde Baru yang terlibat dalam tindakan menekan mahasiswa di masa reformasi masuk dalam pemerintahan saat ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com