JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil rektor bidang kemahasiswaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Yusron Razak mengakui adanya penyebaran berbagai macam ideologi selain Pancasila di lingkungan perguruan tinggi.
Meski demikian menurut Yusron, hal itu hanya terjadi di level diskursus dan tidak bisa dipandang sebagai kelompok yang bermaksud mengganti ideologi negara.
"Gejala itu memang ada tapi bukan serta merta kita bilang mereka mau ganti ideologi Pancasila. Artinya ini hanya diskursus," ujar Yusron usai pertemuan antara wakil rektor universitas se-jabodetabek dan Menko Polhukam Wiranto di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (4/5/2017).
(Baca: Wiranto: Ideologi Selain Pancasila Dilarang Disebarkan di Kampus)
Yusron menjelaskan, pada prinsipnya perguruan tinggi merupakan lembaga ilmu pengetahuan yang menghormati keberagaman, di mana setiap orang bebas untuk mengungkapkan pemikirannya. Oleh sebab itu pihak kampus tidak bisa melarang.
Perguruan tinggi, kata Yusron, harus bersikap obyektif dalam merespons segala dinamika yang terjadi di dalam kampus.
"Kami juga harus menjaga wibawa perguruan tinggi karena secara akademik kami memegang teguh obyektivitas dan kritis, itu yang kami kembangkan," tutur dia.
Yusron berharap pemerintah bijak dalam menyikapi dinamika ideologi yang terjadi di dalam kampus.
Menurut dia, yang perlu diwaspadai adalah potensi munculnya konflik horizontal akibat polarisasi atau keterbelahan yang timbul dari diskursus tersebut.
"Maka menurut saya perlu ada semacam mekanisme di pemerintahan supaya bagaimana caranya mencegah ideologi radikal seperti ini, katakanlah yang ingin Khilafah Islamiyah ini, tapi dengan cara yang bijak. Sesuai dengan prosedur hukum," ujar dia.
Sebelumnya, dalam pertemuan tersebut, Wiranto berharap pihak akademisi berperan dalam membendung perkembangan ideologi anti-Pancasila di lingkungan kampus.
(Baca: Wiranto Berharap Akademisi Ikut Membendung Ideologi Anti-Pancasila)
Menurut Wiranto, kebebasan akademis saat ini seharusnya diarahkan untuk membangun kualitas kebangsaan yang berlandaskan Pancasila di kalangan mahasiswa.
Hal itu penting dilakukan, sebab pemerintah tengah memperkuat ideologi negara untuk membangun kualitas kebangsaan dalam menghadapi persaingan global.
"Jika ada ideologi lain yang muncul selain Pancasila, maka ada kekacauan dan instabilitas," tuturnya.