JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo meminta jajarannya mencari solusi terkait persediaan bahan bakar minyak untuk jangka panjang.
Jokowi mengatakan, saat ini 50 persen BBM memang merupakan produksi dalam negeri, namun 50 persen sisanya masih sangat tergantung dengan impor.
Kondisi seperti ini, lanjut Jokowi, tidak boleh terus berlanjut.
"Saya kira ke depan sangat berbahaya sekali apabila kondisi ini masih kita pakai terus menerus, tanpa kita melakukan riset, tanpa kita melakukan terobosan dalam membangun ketahanan energi kita," kata Jokowi saat membuka sidang paripurna Dewan Energi Nasional di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/1/2016).
(Baca: Jokowi Sindir Kebijakan Subsidi BBM pada Era SBY)
Jokowi mengatakan, Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan energi. Sebab Indonesia memiliki produksi minyak kelapa sawit, biomasa, batubara yang tidak kecil.
"Bahan yang kita miliki sendiri ini betul-betul dilakukan riset besar-besaran yang akan memberikan terobosan sehingga kita tidak ketergantungan terus kepada yang namanya BBM," ucap Jokowi.
Jokowi ingin agar Indonesia bisa menciptakan terobosan seperti penemuan Shale Gas di Amerika Serikat. Dengan begitu, Indonesia tidak akan tergantung dengan negara yang lain.
"Jangka panjang kalkulasi dan perhitungan seperti ini harus betul-betul kita hitung, kita kalkulasi sehingga kita mempunyai sebuah plan jangka menengah, jangka panjang. Sehingga ketakutan kita akan kekurangan BBM, kekurangan energi betul-betul terdesain sejak awal. Ini yang sampai sekarang menurut saya betul-betul belum diseriusi secara baik," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.