JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian mengungkapkan, penanganan kasus terorisme pada 2016 meningkat ketimbang tahun sebelumnya.
Tahun lalu, Polri menangani 82 kasus terorisme. Jumlah itu meningkat hingga 170 kasus pada 2016.
Tito mengakui bahwa peningkatan kasus terorisme cukup signifikan terjadi dalam setahun terakhir.
"Bukan hanya serangannya, tapi total termasuk yang digagalkan. Banyak yang berhasil digagalkan dengan baik," kata Tito di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (28/12/2016) petang.
(Baca: Terduga Teroris di Purwakarta Juga Diduga Rencanakan Aksi Bom Bunuh Diri)
Tito mengatakan, tak hanya di Indonesia, gerakan kelompok teroris di dunia juga kian gencar beberapa waktu terakhir.
Hal tersebut dikarenakan dinamika kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Tito mengatakan, pada 2015, ISIS masih mengekspansi secara perlahan wilayah di sejumlah negara.
Kemudian, pada 2016, negara-negara besar di barat menekan ISIS hingga terpojok.
"Mereka tidak bisa bergerak dan jumlahnya semakin mengecil," kata Tito.
Oleh karena itu, untuk mengalihkan perhatian dari posisi mereka yang semakin tersudut, ISIS mengontrol jaringan teroris di luar Suriah dan Irak.
"Jaringan luar negeri disuruh bergerak karena instruksi dari ISIS pusat," kata Tito.
Selain memberantas sel-sel kecil dari jaringan teroris Polri juga mencegah warga negara Indonesia berangkat ke Suriah untuk berbaiat kepada ISIS.
(Baca: Pengamat: Polisi Harus Bisa Tangkap Pengendali Sel Teroris)
Pada tahun ini, terungkap beberapa kelompok yang tugasnya merekrut WNI maupun warga negara asing yang diselundupkan ke Indonesia untuk diberangkatkan ke Suriah.
Pemerintah Indonesia menjalin hubungan dengan intelijen Turki untuk mencegah masuknya WNI ke Suriah.
"Kerja sama dengan Turki cukup baik. Dari jaringan intelijen mereka melakukan penangkapan dan dideportasi," kata Tito. (Baca: Terindikasi Akan Berperang ke Suriah, 3 WNI Dideportasi Turki)