Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fahri Hamzah: Presiden Malu Menteri dan Anggota DPR Ditangkap Kasus Korupsi

Kompas.com - 17/12/2016, 08:17 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyebutkan, salah satu diskusi panjang antara Presiden Joko Widodo dan Pimpinan DPR, Jumat (16/12/2016), adalah soal korupsi.

Fahri mengatakan, Presiden mengaku malu kepada negara lain jika bercerita soal pemberantasan korupsi di Indonesia.

Pasalnya, semakin banyak pejabat negara yang ditangkap akibat kasus korupsi.

"Presiden bilang, 'saya ini malu kalau pidato di mana-mana, cerita ke orang. Di negara kami menteri sudah ditangkap, anggota DPR sudah ditangkap. Tapi jangan gembira dengan itu. Kita seharusnya malu'. Memang benar," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat.

"Masa suksesnya pemberantasan korupsi ditentukan dengan jumlah orang yang ditangkap?" sambungnya.

Menurut Fahri, perlu ada reformasi birokrasi yang masif dalam upaya pemberantasan korupsi. Terutama mensinkronisasi problem hulu dan hilir.

Aparat penegak hukum, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kata dia, harus menelusuri. Apakah ada aturan perundang-undangan yang berpotensi menciptakan celah korupsi.

Jika ada, KPK seharusnya melapor ke DPR. Selain itu, perlu ditelusuri mana institusi yang tidak transparan.

Fahri mengambil contoh Singapura yang ketat dalam penegakan hukum. Orang asing, termasuk warga negara Indonesia, yang datang ke sana akan patuh dengan peraturan yang ada.

Padahal, kadang masih tak mematuhi peraturan negaranya sendiri.

Sebaliknya, warga negara Singapura jika datang ke Indonesia bisa saja menjadi orang yang tak patuh peraturan karena longgarnya penegakan hukum serta sistem yang ada.

"Itulah (mencegah) korupsi di mana menciptakan sistem dalam pemerintahan. Dalam korupsi tidak cukup tidak korupsi, tapi harus nampak tidak korupsi. Sehingga lembaganya itu, orang kalau masuk langsung takut korupsi," kata Fahri.

Kompas TV Sanksi Pidana Tak Cukup Menghukum Koruptor? (Bag 2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com