BANDUNG, KOMPAS.com — Barisan kuda yang ditunggangi pria berkaus putih seketika menjadi pusat perhatian peserta gerakan Subuh Berjemaah Nasional 1212 yang dipusatkan di Kota Bandung.
Peserta yang sedari subuh memenuhi Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat ini membuka jalan agar pasukan berkuda tersebut bisa melintas.
Pasukan itu terdiri dari 10 pria yang menunggangi 10 kuda, 10 pemanah yang berjalan di samping kuda, dan 14 orang yang dinamakan pasukan penyapu jalan. Ke-14 orang ini berbaris di belakang kuda terakhir.
(Baca: Masjid Pusdai Bandung Dipenuhi Jemaah Shalat Subuh 1212)
Pasukan ini merupakan santri dari Pesantren Daarut Tauhid (DT) Bandung. “Kuda-kuda dan panah itu hanya untuk parade,” ujar Azhar, salah seorang santri DT, kepada Kompas.com, Senin (12/12/2016).
Azhar mengatakan, parade kuda dan panah ini berbarengan dengan jalan santai dengan rute Gedung Sate – Jalan Cisangkuy – Jalan Cimanuk – Jalan Cimandiri – Jalan Cimalaya – Jalan Diponegoro – Gasibu.
Pasukan berkuda ini mengawal pemimpin DT Abdullah Gymnastiar, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang berjalan bersama 300 penyandang disabilitas.
Dalam jalan santai tersebut, tampak para pejabat membantu mendorong kursi roda penyandang disabilitas.
“Selain untuk parade, pasukan berkuda ini menjadi bagian keamanan,” ungkapnya.
Dari pantauan Kompas.com, pasukan berkuda dan panah ini menyita perhatian peserta. Banyak warga yang memotret kuda-kuda yang relatif berukuran besar dan tinggi tersebut. Bahkan tak sedikit yang berswafoto dengan latar belakang pasukan kuda.
Menurut salah satu orangtua siswa DT, Asih, para penunggang kuda, pemanah, dan pasukan penyapu jalan itu merupakan siswa pilihan pesantren DT.
Calon pasukan harus lolos seleksi internal di DT. Mereka pun harus memenuhi sejumlah persyaratan.
(Baca: Amankan Shalat Subuh Bersama 1212 di Bandung, Pasukan Gabungan Dikerahkan)
“Kalau yang sekarang (pasukan berkuda) dari SMA-nya Aa Gym yang di Parongpong. Untuk bisa ikut tesnya banyak sekali, di antaranya harus lulus baca tulis Al Quran,” tutur Asih.
Sepanjang kegiatan berlangsung, banyak peserta yang membawa kantong plastik hitam.
Kantong itu berisi makanan yang dibagikan secara gratis. Setelah makanan habis, kantong akan berubah fungsi menjadi tempat sampah.
Beberapa peserta pun menyerukan kepada orang-orang yang membawa kantong keresek untuk tidak meninggalkan sampah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.