Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Mencari Metode Sosialisasi Pancasila yang Kekinian

Kompas.com - 27/10/2016, 14:07 WIB
advertorial

Penulis

Demokrasi telah menghasilkan berbagai kemajuan untuk negeri ini. Namun, tak bisa dipungkiri, di sisi lain demokrasi juga memberi segelintir dampak buruk. Satu di antaranya adalah memudarnya wawasan kebangsaan rakyat Indonesia.

Ideologi bangsa, yakni Pancasila, belakangan semakin jarang diucapkan, dikutip, dibahas, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menilai, setelah reformasi masyarakat semakin menjauh dari nilai-nilai luhur yang ada.

Oleh sebab itu, Zulkifli menekankan pentingnya penanaman nilai-nilai Pancasila pada diri masyarakat, khususnya anak muda. Namun, ia berharap ada metode sosialisasi Pancasila yang segar dan tidak membosankan untuk anak muda.

Hal tersebut ia sampaikan saat memberi keynote speech pada Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Universitas Pancasila dengan tema “Pancasila Sebagai Falsafah Hidup Bangsa dan Landasan Filosofi Keilmuan dengan Fokus Kajian Aspek Onologi, Epistomologi, dan Aksiologi” di Hotel Santika Jakarta Slipi Jakarta, Kamis (27/10/2016).

Pudarnya wawasan kebangsaan, salah satunya disebabkan oleh perubahan dunia. Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Siswono Yudo Husodo yang juga hadir pada FGD tersebut menyatakan perubahan dunia dapat memecah belah sebuah negara yang tak punya ideologi yang kuat.

“Maka menetapkan ideologi nasional itu penting. Semua bangsa memerlukan landasan filosofis dan ideologi nasional untuk jadi dasar pembentukan negara, sebagai dasar tujuan dan cita-cita bangsa,” tutur Siswono.

Menanggapi hal tersebut, Zulkifli berharap Pancasila menjadi ideologi yang tidak statis di tengah perubahan dunia.

“18 tahun ini kita mulai menjauh dari nilai-nilai luhur yang kita punya. Kalau kita kembali pada nilai luhur, tentu perlu ideologi yang tidak stastis sesuai perkembangan zaman,” kata ia.

Itu sebabnya Zulkifli berharap Focus Group Discussion ini menghasilkan metode pembelajaran Pancasila yang tepat untuk masyarakat, khususnya anak-anak muda.

“Kita berharap kampus-kampus bisa ikut membantu merumuskan bagaimana metode agar Pancasila itu diperkaya, disesuaikan dengan perkembangan zaman, termasuk metode sosialisasinya. Harus ada metode yang tepat,” ujar Zulkifli.

Program studi Kajian Pancasila di universitas

Pada acara tersebut, Rektor Universitas Pancasila Wahono Sumaryono mengatakan, universitas tersebut akan membuka program studi Kajian Pancasila dan Ketatanegaraan untuk jenjang magister. Zulkifli mengaku sangat mendukung program tersebut.

“Penting sekali. Saya mendukung penuh, Pak Rektor. Agar Pancasila mampu menghadapi tantangan zaman. Tantangan tersendiri menghasilkan Pancasila sebagai ilmu yang relevan, dinamis, dan mampu menghadapi perkembangan tantangan zaman,” ujar Zulkifli usai acara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Dewas KPK Ke Bareskrim Polri Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Dewas KPK Ke Bareskrim Polri Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

Nasional
Marinir Ungkap Alasan Tak Bawa Jenazah Lettu Eko untuk Diotopsi

Marinir Ungkap Alasan Tak Bawa Jenazah Lettu Eko untuk Diotopsi

Nasional
MK: Tak Ada Keberatan Anwar Usman Adili Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya di PTUN

MK: Tak Ada Keberatan Anwar Usman Adili Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya di PTUN

Nasional
Kemenag Sayangkan 47,5 Persen Penerbangan Haji Garuda Alami Keterlambatan

Kemenag Sayangkan 47,5 Persen Penerbangan Haji Garuda Alami Keterlambatan

Nasional
Laporan Fiktif dan Manipulasi LPJ Masih Jadi Modus Korupsi Dana Pendidikan

Laporan Fiktif dan Manipulasi LPJ Masih Jadi Modus Korupsi Dana Pendidikan

Nasional
Dana Bantuan dan Pengadaan Sarana-Prasarana Pendidikan Masih Jadi Target Korupsi

Dana Bantuan dan Pengadaan Sarana-Prasarana Pendidikan Masih Jadi Target Korupsi

Nasional
Lettu Eko Terindikasi Terlilit Utang Karena Judi Online, Dankormar: Utang Almarhum Rp 819 Juta

Lettu Eko Terindikasi Terlilit Utang Karena Judi Online, Dankormar: Utang Almarhum Rp 819 Juta

Nasional
Disambangi Bima Arya, Golkar Tetap Condong ke Ridwan Kamil untuk Pilkada Jabar

Disambangi Bima Arya, Golkar Tetap Condong ke Ridwan Kamil untuk Pilkada Jabar

Nasional
Beri Pesan untuk Prabowo, Try Sutrisno: Jangan Sampai Tonjolkan Kejelekan di Muka Umum

Beri Pesan untuk Prabowo, Try Sutrisno: Jangan Sampai Tonjolkan Kejelekan di Muka Umum

Nasional
Golkar Minta Anies Pikir Ulang Maju Pilkada DKI, Singgung Pernyataan Saat Debat Capres

Golkar Minta Anies Pikir Ulang Maju Pilkada DKI, Singgung Pernyataan Saat Debat Capres

Nasional
Marinir Sebut Lettu Eko Tewas karena Bunuh Diri, Ini Kronologinya

Marinir Sebut Lettu Eko Tewas karena Bunuh Diri, Ini Kronologinya

Nasional
Ketua Komisi VIII Cecar Kemenhub Soal Pesawat Haji Terbakar di Makassar

Ketua Komisi VIII Cecar Kemenhub Soal Pesawat Haji Terbakar di Makassar

Nasional
MPR Akan Bertemu Amien Rais, Bamsoet: Kami Akan Tanya Mengapa Ingin Ubah UUD 1945

MPR Akan Bertemu Amien Rais, Bamsoet: Kami Akan Tanya Mengapa Ingin Ubah UUD 1945

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan dari Madinah ke Mekkah

Jemaah Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan dari Madinah ke Mekkah

Nasional
Bertemu PM Tajikistan di Bali, Jokowi Bahas Kerja Sama Pengelolaan Air

Bertemu PM Tajikistan di Bali, Jokowi Bahas Kerja Sama Pengelolaan Air

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com