Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bawaslu: Calon Belum Ditetapkan, "Cyber War" Sudah Marak

Kompas.com - 12/10/2016, 07:30 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Muhammad mengakui bahwa perang di dunia maya sudah terjadi meskipun penyelenggaraan pilkada belum memasuki tahap penetapan pasangan calon.

Menurut Muhammad, hal itu dapat dicermati dari berbagai konten informasi dan ujaran yang beredar di dunia maya.

Salah satu yang dijadikan contoh yakni kasus penyebaran video kunjungan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat menyambangi kepulauan seribu. Ahok dalam pidatonya di video tersebut menyinggung ayat Al Quran. 

"Betul, (kasus tersebut) bisa jadi contoh (perang cyber)," ujar Muhammad saat dihubungi, Selasa (11/10/2016).

Menurut Muhammad, jika dicermati, dalam kasus tersebut tampak adanya ujaran yang bisa dimasukan dalam kategori fitnah maupun kebencian.

Muhammad mengungkapkan, Bawaslu baru bisa menindaklanjuti kasus itu setelah memasuki tahap penetapan calon atau sudah masuk masa kampanye.

Semua pihak, baik petahana maupun penyebar videonya, bahkan pihak-pihak terkait lainnya akan dipanggil untuk dimintai keterangan atau diproses sesuai peraturan.

"Kewenangan pengawas pemilu itu saat sudah jadi calon, kalau sekarang belum kan," kata dia.

Senada dengan Muhammad, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hadar Nafis Gumay menilai konten-konten dan ujaran yang menebarkan fitnah dan kebencian sudah banyak beredar di dunia maya.

"Kalau selintas melihat sudah banyak (konten dan ujaran) itu," kata Hadar usai menghadiri sidang di Mahkamah Konstitusi, Jakarta Pusat, Selasa.

Ia mengatakan, di masa kampanye nanti semua pihak yang terlibat penyebaran informasi dan ujaran berbau fitnah atau kebencian terhadap pasangan calon akan diusut.

"Bukan hanya terbatas tim kampanye saja, bukan calonnya saja, tapi semua orang diusut," kata dia.

Hadar mengimbau kepada pasangan calon dan pihak-pihak lainnya, termasuk masyarakat, untuk tidak menggulirkan isu yang dapat memperkeruh suasana selama penyelenggaraan Pilkada.

Jika hendak mengkritik pasangan calon, kata Hadar, sasarannya adalah program dan rencana-rencana pasangan calon tersebut.

"Jadi apa yang harusnya dikritik, diperdebatkan, seharusnya mengenai program-programnya, apa yang dilakukan selama ini, itu kalau misalkan petahana. Atau program apa yang dia rencanakan. Perdebatan itu, seharusnya," kata dia.

Hadar berharap, semua pihak bisa lebih berhati-hati dalam menyampaikan pendapat dan informasi di masa kampanye nanti.

Hal itu, agar pelaksanaan pikada serentak berjalan sukses, adil, dan lancar seperti yang diharapkan banyak pihak.

"Makanya, kita semua harus hati-hati lah yah, dan harus hindari betul (hal yang berpotensi negatif), karena tidak ingin pilkada ini menjadi pilkada yang kotor, tak berintegritas dan tidak damai," kata dia.

Kompas TV Ahok Meminta Maaf kepada Umat Muslim

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hanya Ada 2 Suplier Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 Suplier Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

Nasional
Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com