Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW Dorong Peningkatan Dana Bantuan untuk Parpol

Kompas.com - 24/09/2016, 06:34 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Divisi Korupsi Politik Indonesian Corruption Watch (ICW), Donal Fariz mengatakan biaya elektoral kerap memberatkan partai politik dan individu. Pasalnya, kegiatan politik membutuhkan banyak biaya dalam operasionalnya.

"Masalah kita adalah menggerakkan partai politik dan politik individu itu berat sekali karena kita melihat cost electoral dan in between of electoral," ujar Donal usai diskusi 'Irman Gusman dan Bobroknya Moral Elite Politik' di Jakarta, Jumat (23/9/2016).

Donal memaparkan, rata-rata biaya politik partai berada di angka Rp 150 miliar hingga Rp 200 miliar setiap tahunnya. Dana tersebut digunakan untuk kebutuhan rutin partai.

Kebutuhan ini, lanjut Donal, membuat pada kader korupsi ketika menjabat sebagai pejabat publik, baik di tingkat eksekutif maupun legislatif.

"Tentu ini bukan angka yang sedikit, namun karena tidak punya basis untuk berjalan secara kesinambungan banyak kader itu korupsi. Karena mereka menutupi pengeluaran partai yang besar," kata Donal.

Donal mengatakan, merujuk pada data KPK per 21 Agustus 2016, ada 361 kepala daerah yang terdiri dari 343 bupati/walikota dan 18 gubernur menjadi tersangka korupsi sejak 2002.

Selain itu, sejak 2002 hingga 2014, sudah ada 446 politisi di legislatif menjadi tersangka.

"Banyak penyelenggara negara yang terlibat kasus korupsi notabene adalah kader partai politik," ucap Donal.

Guna mencegah tindak korupsi tersebut, Donal menyarankan agar dana bantuan negara untuk partai politik segera ditingkatkan.

"Pada titik ini, menurut saya negara harus hadir. Banyak negara yang sudah memberikan subsidi besar kepada partai politik. Jumlahnya beragam, ada yang 30 persen, 50 persen, bahkan 70 persen bantuan negara kepada partai," kata Donal.

Selain itu, peningkatan dana bantuan juga dimaksudkan agar partai tidak dikontrol oleh satu kelompok tertentu.

Selama ini, kata Donal, banyak partai politik berjalan berdasarkan keputusan elite yang menguasai saham.

Dengan adanya bantuan dana ini, partai diharapkan tidak bergantung pada kelompok tertentu dalam membuat keputusan untuk kepentingan negara dan bangsa.

"Kalau dikontrol oleh satu kelompok saja bukan kebijakan untuk kepentingan negara, tapi untuk kepentingan elite itu sendiri. Di situ negara harus hadir," ucap Donal.

Kendati demikian, ia meminta partai politik tidak asal setuju dengan peningkatan jumlah dana bantuan.

Partai politik, tambah Donal, harus juga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas mereka dalam mengelola anggaran.

"Ini adalah paket reformasi yang harus dilakukan secara berimbang. Partai jangan hanya mau dinaikkan uang secara jumlahnya, tapi juga harus setuju meningkatkan tata kelola," ujar Donal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com